Page 198 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 198
Rindu
inilah saaT aKu paling merindukan Marja: ketika aku meng
injakkan kaki kembali di Bandung sepulang ekspedisi. Aku
ingin melumatkan mulutku dalam liurnya, membenamkan
gemasku pada tubuhnya.
“Jangan cerita, tapi aku tak peduli kalau kamu punya
simpanan selagi aku pergi, Marja,” rayuku sambil mengangkat
ia pada pinggulnya. Kuhimpitkan ia pada dinding dan ia
lingkarkan kakinya ke pinggangku, tangannya ke leherku. Aku
mengagumi kekuatannya. Kekuatan itu membuatku merasa
aman. Sebab aku tahu ia membutuhkan lawan yang sebanding.
Untuk itu aku tak punya banyak saingan.
Setelah itu, aku bercerita bagai anak TK kepada ibunya.
“Kamu ingat teman cowokku yang kita kerjain dulu,
Marja?”
“Yang kita bikin horni dan merona sendiri itu!” ia terkikik
sambil kakinya mendebikdebik kasur.
Kekaguman bercampur iriku yang tulus pada Parang Jati
tumpah ke dada Marja. Kuceritakan betapa ia bakal menjadi