Page 200 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 200
orang dusun,” kata Pak Pontiman mengambil jarak, sehingga
terkesan ia bukan bagian dari orang dusun lagi.
Pak Pontiman mengaku pernah diundang ke rumahnya
beberapa kali sehingga ia bisa menggambarkan dengan cukup
rinci. Kompleks itu bagaikan kerajaan Jawa. Bangunan utama
nya adalah sebuah modifikasi joglo yang berguna sebagai
rumah tinggal Suhubudi dan tempat ia menerima tamu dalam
“perjumpaan khusus”. Belakangan, aku tahu bahwa yang di
maksud adalah pertemuan tanpa katakata lisan. Ia memiliki
wilayah di mana orang tak boleh berbicara. Di sekitarnya
berserakan rumahrumah limas dan rumah pelana. Di sanalah
anggota kompleks yang lain tinggal.
Di halamannya unggasunggas cantik berkeliaran. Merak,
dara mahkota, bangau bluwok, cangak abu, kuntul, kareo padi,
mandar batu, dan namanama yang kupercaya hanya ada da
lam buku. Melihat usianya, ada kemungkinan bahwa Suhubudi
pernah memiliki istri dan anak di masa lampau. Tak ada yang
bisa memastikan. Kini, padanya ada seorang perempuan yang
cukup jauh beda usianya, yang nyaris tak pernah menampakkan
diri. Sesekali saja wanita itu tampak manakala kita bertamu ke
rumahnya. Tampaknya sang nyai berusia sekitar tigapuluh
lima tahun. Artinya, duapuluh lima tahun lebih muda daripada
Suhubudi. Perihal anak, Parang Jati adalah anak angkatnya,
yang sudah seperti putra tunggalnya.
“Bukan keponakan?” tanyaku segera.
Pak Pontiman menjawab ragu. “Ya… mungkin aslinya
putra dari sanak famili beliau. Tapi Jati memanggil Pak Suhu
budi sebagai ‘rama’, yaitu ayah.”
Aku menganggukangguk sambil mendugai alasan di balik
sikap Parang Jati yang tak pernah menyebut lelaki itu sebagai
ayah di hadapanku. Ia selalu mengatakan bahwa ia tinggal
bersama pamannya. Kalaupun ia diadopsi, ia pasti sedikit
banyak tahu asalusulnya.
1 0