Page 211 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 211

berasal  dari  Lampung  lahir  dari  perempuan  yang  suaminya
                 memburu  seekor  gajah.  Begitu  pula  orangtua  Sang  Manusia
                 Badak  yang  didapat  dari  Ujung  Kulon.  Atau  Manusia  Kadal
                 dan Macan Jadian. Moral ceritanya adalah ini: kita tidak boleh
                 membunuh  makhluk  hidup  secara  berlebihan.  Apalagi  demi
                 kesombongan.  Hewan  adalah  makhluk  ciptaan  Tuhan  juga.
                 Tuhan itu adalah alam ini, kehidupan ini. Manakala kita sedang
                 ada  janin  dalam  kandungan,  maka  kita  diingatkan  untuk
                 memelihara kehidupan.
                     “Kita  boleh  memotong  dan  makan  binatang.  Tapi  secu­
                 kupnya.  Tidak  boleh  berlebihan.  Apa  lagi  hanya  membunuh
                 untuk  gagah­gagahan.  Begitu,  Ibu­ibu  Bapak­bapak,”  ujar  si
                 pembawa acara. “Tepuk tangan, dong!”
                     Aku  menelan  ludah,  merasakan  bagian  pertunjukan  ini
                 sebagai lelucon sangat gelap. Betapa si juru acara sampai pada
                 pesan moral yang benar lewat jalan yang memakan korban.
                     “Begitu pula. Sang Manusia Gelembung dan Sang Manusia
                 Pohon adalah akibat kita menebang terlalu banyak pohon dan
                 mencemari terlalu banyak sungai,” ia melanjutkan ajarannya.
                 “Lihat,  cabang­cabang  dan  akar­akar  tumbuh  dari  tangan
                 dan  kaki  Sang  Manusia  Pohon.  Lihat,  kulit  Sang  Manusia
                 Gelembung seperti danau yang tercemar limbah.”
                     Pemuda Manusia Pohon dan Nyonya Manusia Gelembung
                 berputar di pedestal masing­masing, mempertontonkan segala
                 sisi tampilan mereka.
                     “Sekali lagi, tepuk tangan dong!”
                     Gamelan semarak lagi sementara si juru acara mengantar
                 penonton ke babak manusia istimewa berikutnya. “Inilah dia,
                 makhluk aneh selanjutnya, pasangan Manusia Gendruwo, jan­
                 tan dan betina. Raksasa dan Raksasi, alias Gendruwo­Gendru­
                 wi!”
                     Gong bertalu­talu bersama munculnya dua sosok tinggi be­
                 sar. Orang­orang menjerit. Anak­anak menangis. Lampu sorot


                                                                        201
   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216