Page 216 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 216
menjadi cekikan. Pada lelaki Sangkuriang di kejauhan itu aku
mengenali sosok sahabat baruku, yang hilang tiga hari sebelum
aku pulang. Tapi lelaki di panggung itu berambut panjang.
Setelah itu, seluruh pertunjukan terasa olehku bagai ber
jalan tanpa suara. Segala bunyi hilang dari telingaku. Hanya
gambar. Si juru acara tampak mengatakan sesuatu. Lalu pemu
da yang kukenal itu mengangkat tangannya, melebarkan jari
jarinya kepada penonton. Ia menutupkannya kembali dalam
genggaman, kemudian menegakkannya satu per satu bagai
membuat hitungan. Aku mengenali tangan itu. Tangan yang
pernah kugenggam dan kusimak. Sepasang tangan dengan
duabelas jari. Wajah itu kosong dan tak bahagia, seperti wajah
wajah buruk manusiamanusia aneh sebelumnya. Aku merasa
kudukku mengerut. Ke mana mata polosnyarisbidadariia?
Pembawa acara tampak mengatakan sesuatu lagi. Pemuda
yang kukenal itu menjulurkan kedua tangannya ke depan,
menegangkan jari terakhirnya. Dayang Sumbi merentang dan
meletakkan ketiak pada jarijari itu. Si pemuda memamerkan
kekuatan jarijarinya dengan mengangkat Dayang Sumbi ting
gitinggi dan menahannya beberapa saat. Tuyultuyul kecil
mencoba menariknarik kaki Dayang Sumbi dengan gerakan
tipu. Si pembawa acara melambai memberi semangat dan
tangantangan para penonton bertepukan. Meski aku tak men
dengar suaranya. Ketiga tuyul berlompat kegirangan.
Pesilatpesilat berbaju hitamhitam berakrobat ke pang
gung. Tapi aku tak bisa terhibur lagi. Aku tak bisa lagi masuk
dalam tontonan ini. Aku seperti berada di luar dan mereka
adalah ikanikan pelacur dalam akuarium tolol yang menye
dihkan. Mereka semua, juga sosok yang kukenal itu. Para
pesilat membawa banyak batu bata yang mereka tumpuk
menjepit jari lelaki Sangkuriang. Sisanya adalah atraksi mirip
tenaga dalam yang dilakukan para karateka, demi menguji
jari istimewa Sangkuriang. Jarijari hu. Sambil tuyultuyul
20