Page 304 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 304
tapi setan pun tak bisa marah kepada Marja jika ia memasang
wajah andalan ini. Marja sedikit menggelendot aleman untuk
memaksa pernyataan “Saya baikbaik saja, kok” keluar dari
mulut Parang Jati.
“Saya baikbaik aja kok, Sayang,” kata sahabatku.
“O gitu.” Alisnya melengkung turun. “Trus, trus… kamu
dari kecil udah disuruh ikut main sirkus orangorang cacat?”
Kerap aku iri pada Marja karena ia bisa mengatakan hal
hal yang kasar dengan cara yang imut.
Lalu Parang Jati bercerita mengenai lelaki yang kami akan
temui.
Suhubudi. Tentulah ia sosok yang eksentrik dan misterius.
Ia guru kebatinan, tapi juga memiliki beberapa bisnis yang
pastilah dijalankan oleh orang lain. Aku beberapa kali me
lihatnya dari kejauhan. Ia memiliki kharisma. Di usia hampir
tujuhpuluh tahun, ia sangat ramping dan kokoh. Postur dan
kepalanya tegak bagai seorang begawan agung. Rambutnya
kelabu berwibawa. Dialah yang kubayangkan sebagai Resi
Bisma, manusia wadat yang menolak kekuasaan, penasihat
para satria Pandawa. Tapi Suhubudi tidak selibat, meski ia
juga tak tampak seperti prototipe kepala keluarga dengan istri
dan anak. Barangkali ia pernah menikah di masa lalunya, tak
ada yang tahu pasti. Tentang hal ini, kepala desa Pontiman
memberi informasi yang sama. Satusatunya anak yang secara
resmi dia angkat dan dia akui kepada masyarakat adalah
Parang Jati. Setelah putra angkat itu berumur duabelas ta
hun, Suhubudi mengambil istri. Seorang perempuan muda.
Tigabelas tahun saja lebih tua dari anak perolehannya. Ketika
Parang Jati duabelas tahun, wanita itu duapuluh lima tahun.
Dialah perempuan cantik yang berperan sebagai Dayang Sumbi
dalam sirkus cacat Saduki Klan.
Apa gerangan cacatnya? Sang Dayang Sumbi tak punya
2