Page 462 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 462

yang berbeda dari kami berdua. Karena itu, kita hanya perlu
               memakai bahasa mereka jika bicara dengan mereka. Sudahlah,
               itu perbedaan lama antara aku dan Parang Jati.)
                   Karena itu Parang Jati menggunakan strategi lain kepada
               warga  desa.  Selain  menuntut  mundurnya  perusahaan  besar
               dan mengembalikan penambangan rakyat skala kecil. Ia juga
               kembali  menghidupkan  kepercayaan  dan  ritual  lokal  yang
               sebagian masih hidup namun sudah tidak sekuat masa silam.
               Ia mengajak penduduk kembali memberi sesajen kepada hutan
               dan  tebing­tebing,  dengan  cara  yang  diperbarui.  Misalnya,
               tidak  dengan  mengurbankan  yang  paling  mahal,  melainkan
               mengorbankan yang paling murah. Membikin sesajen dari ba­
               han  daur  ulang.  Marja  amat  membantunya  dalam  pekerjaan
               ini. Pelaksanaannya ia integrasikan dengan aliran kepercayaan
               barunya Neo­Jawanisme, alias Kejawan Anyar. (Karena, kata­
               nya,  agama  langit  terbukti  tidak  bisa  menyelamatkan  alam.
               Agama bumilah yang secara sistemis memelihara alam. Sayang­
               nya,  agama­agama  bumi  ini  telah  terlindas  nilai­nilai  baru:
               modernisme, monoteisme, dan militerisme.)


                   Aliran  ini  sesungguhnya  bukan  aliran  kepercayaan.  Me­
               lainkan sebuah “laku kritik”. Yaitu sikap spiritual­kritis. Ialah
               sejenis sikap kritis terhadap kebenaran yang dibawakan setiap
               agama.  Sikap  kritis  di  sini  tidak  selalu  datang  dengan  sikap
               skeptis. Seorang yang spiritualis­kritis tidak harus meragukan
               kebenaran.  Ia  bisa  saja  beriman.  Tapi  seorang  spiritualis­
               kritis adalah orang yang sadar bahwa kebenaran selalu tertun­
               da.  Tuhan  selalu  merupakan  misteri.  Tak  seorang  pun  bisa
               mewujudkan  kebenaran  hari  ini,  sebab  kebenaran  yang  ada
               hari  ini  hanyalah  penyelenggaraan  kekuasaan  semata­mata;
               seperti  para  pemanjat  kotor  yang  mau  membuktikan  kekua­
               saannya  terhadap  gunung­gunung  dengan  memperkosa,  me­
               nancapkan  paku,  bor,  dan  piton.  Kebenaran  hari  ini  adalah


              2
   457   458   459   460   461   462   463   464   465   466   467