Page 503 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 503
aleman (yang muncul sering), lebih karena ia ingin disayang
sayang.
Waktu yang sempit membuat aku dan Parang Jati menga
lah. Tak ada kesempatan untuk berdebat. “Tapi masingma
sing,” kata Parang Jati, “masingmasing kita bawalah sekadar
senjata.” Ia berkata dengan suara ditenangkan seolah untuk
meminimalkan rasa genting yang timbul begitu kata “senjata”
diucapkan. Marja menerima belati yang disodorkan kepadanya
dengan tidak percaya.
*
“Ini Jumat Kliwon.”
Dan bulan ketilam adalah bulan menuju mati.
Bulan sabit perahu. Dalam perjalanan di kegelapan, Parang
Jati menceritakan sesuatu yang sulit kupercaya. Tentang manu
sia yang mencari ilmu dengan memakan empatpuluh mayat
sebagai syarat. Hanya ketegangan yang membuat aku percaya
bahwa sahabatku bukan bercanda.
Ketika menuliskannya kembali kini, aku telah menelusuri
beritaberita koran dari periode yang panjang. Aku menemu
kan bahwa hal demikian bukannya tak pernah ada. Malahan
selalu ada. Setidaknya lima tahun sekali kita bisa menemukan
berita tentang kriminalitas berlatar pencarian ilmu gaib. Pelaku
biasanya mendapat wangsit. Atau merasa mendapat wangsit.
Bahwa ia harus memenuhi sederet syarat untuk mendapatkan
ilmu tertentu. Syarat itu bisa berbentuk memakan sejumlah
mayat manusia. Bisa juga berupa kewajiban untuk membunuh
sejumlah manusia. Atau, membunuh lalu memakan sejumlah
tertentu manusia. Ada beberapa berita kriminal demikian yang
fenomenal. Seperti seorang nenek yang menyembelih dan
memakan cucunya sendiri dengan bumbu rawon. Atau Pemuda
Sumanto yang tertangkap setelah memakan puluhan jenazah
3