Page 137 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 137

muntah-muntah, ia tergeletak sejenak sebelum turun dan berpakaian,
              lalu pergi meninggalkannya tanpa berkata apa-apa lagi.
                 Dewi Ayu masih berbaring tak percaya dengan apa yang telah ter-
              jadi. Bukan sekadar bahwa seseorang menidurinya sementara Maman
              Gendeng telah memberitahu semua orang bahwa hanya lelaki itu yang
              boleh menidurinya. Ia tak percaya sebab inilah kali pertama ia ditiduri
              dengan cara yang begitu kurang ajar. Bahkan prajurit-prajurit Jepang
              memperlakukannya dengan sangat sopan, dan semua orang memper-
              lakukannya jauh lebih manis daripada yang mereka lakukan terhadap
              istri-istri mereka. Ia memandang gaunnya yang kehilangan dua kancing
              karena dibuka paksa, dan sakit hati karenanya, berdoa semoga lelaki
              itu mati dipanggang halilintar. Sakit hatinya bertambah-tambah jika
              ia mengingat betapa lelaki itu menyetubuhinya hanya dalam beberapa
              menit yang pendek, seolah ia bukan tubuh perempuan cantik yang dika-
              gumi seluruh kota, seolah ia hanya seonggok daging dan lelaki itu hanya
              menyetubuhi lubang toilet. Semuanya cukup untuk membuatnya sedikit
              menangis dan memaki-maki, dan pulang lebih cepat dari biasanya.
                 Maman Gendeng mendengarnya secepat hari baru datang. Waktu
              itu ia belum mengenal Sang Shodancho, tapi ia tahu di mana harus
              menemukannya. Dari terminal bis tempat tinggalnya, ia berjalan me ne-
              lusuri Jalan Merdeka melewati lapangan bola menuju markas Komando
              Rayon Militer Halimunda untuk menemuinya. Di gerbang masuk, di
              da lam kandang monyet, seorang prajurit jaga meng hentikannya. Ma-
              man Gendeng menggertaknya dan berkata bahwa ia ingin bertemu
              dengan Sang Shodancho. Prajurit itu tak bersenjata, kecuali sebilah
              belati dan sebuah pentungan, dan ia tahu ia tak akan bisa melawannya,
              maka ia hanya menujukkan arah dan pintu tempat Sang Shodancho
              bisa ditemui. Prajurit itu memberi hormat namun Maman Gendeng
              berlalu tanpa membalasnya.
                 Ia hanya mengenakan kaus oblong lengan pendek dan celana jeans,
              mempertontonkan tatto ular naga di pangkal lengan kanannya yang ia
              miliki di masa gerilya, dan masuk ke kantor Sang Shodancho begitu saja
              tanpa mengetuk pintu. Sang Komandan ada di dalam kantor, tengah
              melakukan pembicaraan radio dengan komando pusat dan sedikit terke-
              jut oleh masuknya seseorang tanpa mengetuk pintu. Ketika dilihatnya

                                           130





        Cantik.indd   130                                                  1/19/12   2:33 PM
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142