Page 141 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 141

apa pun, Shodancho tak suka menerima perintah dari si bodoh Sadrah,
              begitulah ia selalu memanggilnya. Tapi pesan itu bagaimanapun penuh
              dengan pujian. Sadrah dengan kerendahatian yang sewajarnya menga-
              takan, hanya Shodancho yang mengetahui dengan baik Halimunda
              sebagaimana ia mengenal telapak tangannya sendiri, dan hanya kepada-
              nya penduduk pinggiran kota mengharapkan bantuannya berburu babi.
                 ”Beginilah jika dunia tanpa perang, tentara turun gunung untuk
              berburu babi,” kata Sang Shodancho lagi. ”Sadrah bodoh, ia bahkan
              tak pernah tahu lubang pantatnya sendiri.”
                 Hutan itu adalah hutan yang sama tempat bertahun-tahun yang
              lalu Rengganis Sang Putri melarikan diri. Letaknya persis di daerah
              yang membentuk tanjung luas menyerupai telinga gajah, dikelilingi
              pantai yang berbatu karang dan berjurang terjal, hanya beberapa bagian
              merupakan pantai landai berpasir. Daerah tersebut nyaris tak terjamah
              manusia, sebab sejak masa kolonial telah ditetapkan sebagai hutan
              lindung dengan macan pohon dan gerombolan ajak masih hi dup. Di
              sana lah Sang Shodancho telah tinggal lebih dari sepuluh tahun, di se-
              buah gubuk kecil sebagaimana yang pernah ia bangun di masa gerilya,
              bersama tiga puluh dua prajurit bawahannya. Mereka bergantian pergi
              ke kota dengan truk untuk semua urusan, bersama be berapa orang sipil
              yang datang membantu, tapi tidak Sang Shodancho. Penjelajahannya
              yang paling jauh selama sepuluh tahun tersebut hanyalah gua-gua, tem-
              patnya bermeditasi, dan kembali ke gubuk hanya untuk memancing dan
              mempersiapkan makan bagi pra jurit-prajuritnya, serta mengurus ajak-
              ajak yang telah dijinakkan. Hidupnya yang damai terganggu oleh pesan
              Sadrah yang memintanya membantu memberantas babi. Bagaimana-
              pun, di hutan itu tak ada babi. Babi hidup di bukit-bukit sebelah utara
              Halimunda, dan itu berarti ia harus turun ke kota. Baginya, menerima
              perintah itu se perti mengkhianati kesetiaan pada kesunyian.
                 ”Negara yang menyedihkan,” katanya, ”bahkan tentaranya tak bisa
              memburu babi.”
                 Kunjungan terakhirnya ke kota nyaris sebelas tahun lalu. Setelah
              bertahun-tahun dalam gerilya, ia muncul ke kota setelah mendengar
              tentara-tentara KNIL akan dibubarkan. Semuanya telah selesai di meja
              perundingan, dan ia bahkan ikut mengantarkan sebagian besar tentara

                                           134





        Cantik.indd   134                                                  1/19/12   2:33 PM
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146