Page 145 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 145

Mereka membagi pasukan pemberontak dalam tiga kelompok dan
              memecahnya. Kelompok pertama di bawah komando Shodancho Ba-
              gong dengan seorang chodancho penasihat, akan bergerak ke wilayah
              barat untuk menghadang laju tentara Jepang maupun Peta yang masuk
              Halimunda dari arah tersebut. Mereka akan memasuki daerah tak ber-
              tuan di perbatasan distrik di mana ancaman terbesar untuk bertahan
              adalah gerombolan perampok. Kelompok kedua dipimpin oleh Sho-
              dancho Sadrah dengan seorang chodancho sebagai penasihat, bergerak
              untuk menghadang di pintu masuk utara, akan menempati hutan lebat
              berbukit-bukit. Kelompok terakhir bergerak ke arah timur, menguasai
              jalan masuk sungai dan harus bersiap dalam pertempuran di atas rawa-
              rawa serta serangan disentri dan malaria, dipimpin langsung oleh Sang
              Shodancho. Perbatasan selatan mereka abaikan, sebab alam telah
              membantu mereka: laut selatan yang ganas. Mereka bergerak sebelum
              tengah malam, ketika ajak-ajak mulai melolong di kejauhan.
                 Bagaimanapun, itu perang sungguhan mereka yang pertama. Ada
              gelora dan ada ketakutan. Dua orang prajurit masih menangis merindu-
              kan ibu mereka, namun ketika komandan akan memulangkan mereka,
              semangat keduanya muncul kembali, bertekad memenangkan semua
              peperangan atau mati. Mereka terus bergerak ke tempat-tempat yang
              telah direncanakan dalam rapat-rapat terakhir, menenteng senapan-se-
              napan yang mereka peroleh secara serampangan dari pelucutan senjata
              KNIL beberapa waktu lalu, sebagian besar senapan pendek karabin dan
              beberapa senapan panjang steyer. Ada mortir kecil dan mortir ukuran
              8 milimeter yang mereka curi dari daidan. Hanya para shodancho dan
              bun dancho menenteng senapan, sementara para tamtama, orang Jepang
              menyebutnya giyukei, diperkenankan membawa sangkur atau sekadar
              bambu runcing. Dua orang prajurit pengintai berjalan sedikit di depan,
              sementara dua prajurit penjaga berjalan sedikit di belakang. Dengan
              senjata seadanya, mereka bertekad memenangkan perang melawan
              pasukan paling hebat di Asia, pasukan yang pernah memenangkan
              perang di Rusia dan Cina, pasukan yang mengusir Prancis, Inggris dan
              Belanda dari koloni mereka, pasukan yang kini berperang di laut Pasi-
              f k melawan hampir separuh dunia, pasukan yang bahkan mengajari
              mereka ba gaimana menenteng senapan dengan benar.

                                           138





        Cantik.indd   138                                                  1/19/12   2:33 PM
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150