Page 150 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 150
”Kita terlambat lebih dari sebulan.”
”Untuk apa?”
”Untuk pesta,” katanya. Lalu untuk mereka ia membacakan apa
yang tercetak di selebaran milik si orang mati. ”Proklamasi: Kami
bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya … 17
Agustus 1945, atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta.”
Ada keheningan sejenak, sebelum pecah menjadi keributan yang
berasal dari pekik teriakan. Kecuali Sang Shodancho, mereka berlari an
ke arah bukit dan menari-nari kesetanan di depan gubuk gerilya, sambil
menyanyikan lagu-lagu. Tanpa seorang pun me me rin tah kan nya, mereka
berkemas mengumpulkan barang-barang, seolah segalanya telah ber-
akhir. Mereka bahkan bersiap untuk lari keluar hutan dan menghambur
ke kota untuk membawa kabar gembira tersebut, na mun Sang Shodan-
cho segera menghadang sebelum kegilaan ter sebut berlanjut lebih jauh.
”Kita harus rapat sekarang juga,” ka tanya.
Mereka menurut dan berkumpul di depan gubuk.
”Masih ada banyak Jepang di Halimunda,” kata Sang Shodancho,
”Mereka pasti telah tahu tapi bungkam.” Ia segera membuat strategi. Se-
paruh dari mereka harus melakukan serangan cepat ke kantor pos, dan
melakukan penyanderaan jika diperlukan. Itu tak terlalu membahaya-
kan, sebab semua pegawai pos adalah pribumi. Di sana ada mesin stensil
dan mereka harus menyalin naskah orang mati itu, mencetaknya dan
sesegera mungkin menyebarkannya ke seluruh kota. ”Pakai tukang
pos!” katanya yakin. Separuh yang lain akan menyusup ke daidan dan
me ngatakan apa yang terjadi, melakukan pelucutan senjata orang-
orang Jepang, memobilisasi massa dan mengadakan pertemuan besar di
lapangan bola. Rapat tersebut ber jalan cepat dan ringkas, dan dipimpin
Sang Shodancho sendiri, mereka keluar dari hutan.
Bahkan kedatangan mereka di kota telah membuat gempar se mua
orang, belum lagi dengan selebaran yang segera dibagi-bagikan begitu
se lesai dicetak di kantor pos. Sang Shodancho berhasil merampas se-
buah truk dan dengan beberapa orang, mereka berkeliling kota sambil
berteriak, ”Indonesia merdeka 17 Agustus, Halimunda menyusul 23
Sep tember.” Semua orang yang berdiri di pinggir jalan terdiam mema-
tung. Tukang cukur bahkan nyaris menggunting telinga pelanggannya,
143
Cantik.indd 143 1/19/12 2:33 PM