Page 155 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 155
mereka mengenal daerah tersebut lebih dari siapa pun. Tentara KNIL
dibantu tentara Inggris tak pernah punya keberanian masuk ke dalam
hutan dan memilih bertahan di kota, sementara tentara gerilya kesulit-
an untuk masuk kota. Tentara KNIL mencoba untuk memblokir arus
bahan makanan dan amunisi, tapi itu tampaknya sia-sia sebab tentara
gerilya menanam sendiri padi di tengah hutan dan mereka telah terbiasa
berperang tanpa amunisi. Beberapa kali dicoba dengan pengeboman
udara, tapi tentara Jepang telah mendidik mereka menghindarinya
dengan benar.
Itu adalah waktu ketika Sang Shodancho mengembangkan teknik-
teknik gerilyanya. Ia menemukan cara-cara terbaik melakukan pe nya-
maran, dan penyusupan dalam gerakan cepat. Ia bisa muncul tiba-tiba
dan menghilang secepat ia datang, dan dicari-cari para peng ikutnya
hanya karena ia menyamar menjadi salah seorang dari mereka.
”Berbeda dengan petak umpet,” katanya, ”sekali ditemukan ge ril-
ya wan mati.”
Hingga kemudian ia memperoleh berita yang menghentikan se mua
perang: Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia di meja
perundingan. Itu terasa menyebalkan baginya: republik ini telah mer-
deka empat tahun lalu, tapi Belanda baru mengakuinya sekarang, dan
pe me rintahan sipil menerimanya begitu saja, asalkan mereka pergi.
”Seolah perang selama ini tak ada artinya sama sekali,” katanya
kecewa.
Meskipun begitu, bersama pasukan inti gerilyanya, Sang Shodancho
keluar dari hutan. Kemunculan mereka disambut meriah penduduk
kota, sebab bagaimanapun ia masih pahlawan mereka. Bendera warna-
warni dikibarkan orang di sepanjang jalan, sementara penduduk kota
yang sebagian besar juga baru keluar dari hutan berdiri sepanjang jalan.
Sang Shodancho duduk di atas keledai, tak memedulikan sambutan
yang berlebihan itu, dan langsung menuju pelabuhan. Di sana para
prajurit dan orang-orang Belanda sipil tengah bersiap-siap naik ke atas
kapal yang akan mengangkut mereka semua pulang. Ia menghampiri
komandan tentara KNIL, yang terpesona di akhir tugasnya ia bisa me-
lihat musuh yang paling dicarinya itu. Mereka berjabat tangan dalam
keadaan yang sangat akrab, dan bahkan berpelukan.
”Kapan-kapan kita perang lagi,” kata komandan itu.
148
Cantik.indd 148 1/19/12 2:33 PM