Page 159 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 159

menancapkan tombak kayu ke dadanya dengan sekuat tenaga, mem buat
              si babi berkelojotan sebelum membuang nyawa. Tapi sesuatu terjadi
              mem buat keenam lelaki itu memandang tak percaya pada bangkai
              di bawah bulan purnama tersebut: tubuh hitam berbulu yang penuh
              lumpur itu tiba-tiba berubah menjadi sosok mayat ma nusia dengan tiga
              peluru memporakporandakan kepalanya dan tombak tertancap di dada,
              jelas sudah mati sama sekali.
                 ”Tai!” kata Sahudi, ”babi ini berubah jadi manusia.”
                 Berita itu dengan cepat tersebar dari desa satu ke desa lain, hing-
              ga seluruh Halimunda mendengarnya. Tak seorang pun mengenali
              mayat lelaki tersebut, dan tak ada orang mengambil mayatnya hingga
              membusuk di rumah sakit kota, sebelum dikuburkan di pe makaman
              umum. Namun sejak saat itu tak seorang pun punya keberanian untuk
              mem bunuh babi, sebab mereka takut kutukan sebagaimana terjadi
              pada Sahudi dan kelima temannya: menjadi gila. Empat tahun berlalu
              tanpa seorang pun membunuh babi, bahkan meskipun kini babi telah
              menjadi perusak paling ganas sawah dan ladang petani. Satu-satunya
              harapan para petani itu, karena mereka sendiri takut melakukannya,
              adalah mendatangi markas militer. Mayor Sadrah telah mengirim
              beberapa prajurit ke hutan, dan hasilnya selalu menjadi cemoohan di
              mana mereka lebih banyak pulang membawa ayam hutan dan kelinci
              daripada babi. Mayor Sadrah akhirnya mengirim seorang kurir, meminta
              bantuan dari Sang Shodancho, mengetahui dengan baik hanya orang
              itulah yang bisa diandalkan.
                 Kedatangan Sang Shodancho rupanya telah diketahui oleh selu-
              ruh penduduk kota. Sebagaimana pernah mereka lakukan sepuluh
              tahun sebelumnya, mereka berbaris di sepanjang jalan melambaikan
              saputangan dan bendera kecil, berharap melihat sendiri pahlawan
              mereka yang menghilang begitu lama. Anak-anak kecil berdiri paling
              depan, penasaran oleh sosok yang diceritakan ayah dan kakek serta
              ibu dan nenek mereka secara berulang-ulang. Dan para veteran perang
              revolusi, me ngenakan seragam mereka secara lengkap seolah ini hari
              ke mer dekaan. Para prajurit reguler memberi sambutan penghormatan
              dengan menembakkan meriam ke lepas pantai, dan anak-anak sekolah
              memeriahkannya dengan drum band.

                                           152





        Cantik.indd   152                                                  1/19/12   2:33 PM
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164