Page 163 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 163

untuk sabar menunggu, sebab tak lama kemudian ajak-ajak itu akan
              berkembang biak dan mereka bisa memperoleh anak-anaknya. Itulah
              kali pertama Halimunda kemudian dipenuhi oleh anjing, yang berasal
              dari ajak-ajak tersebut.
                 Seharusnya Sang Shodancho sudah kembali ke hutan, sebagaimana
              ia niatkan sejak semula. Ketika ia datang, ia berkata pada Mayor Sad-
              rah, bahwa ia akan berada di kota sampai urusan babi selesai. Tapi sejak
              melihat Alamanda yang hanya sekali di arena adu babi itu, ia sungguh-
              sungguh tak bisa tidur dibuatnya. Ia tak berani pulang ke gubuk gerilya,
              sebab ia tahu di sana ia akan menderita mer indukan gadis itu. ”Ini pasti
              cinta,” katanya pada diri sendiri. Dan cinta itulah yang membuatnya
              menggigil mencari alasan agar ia bisa tinggal lebih lama di kota, dan
              jika perlu tak usah me ning gal kannya lagi.
                 Pertolongan datang ketika Mayor Sadrah muncul dan berkata,
              ”Ja ngan segera pergi, kita masih akan merayakan kemenangan: orkes
              Melayu.”
                 ”Demi cintaku pada kota ini, aku tak segera pulang,” katanya lekas.
                 Ia melihatnya lagi, gadis itu, di malam ketika penguasa militer kota
              meneruskan perayaan kemenangan dengan pertunjukan orkes Melayu.
              Tempatnya masih di lapangan bola yang sama, namun kali ini tak ada
              tiket untuk penonton sehingga makin banyak orang berdatangan. Orkes
              Melayu selalu merupakan pertunjukan favorit bagi banyak pemuda dan
              pemudi Halimunda, di mana mereka bisa bergoyang, entah karena
              mabuk atau karena musiknya. Grup mu siknya datang dari ibukota,
              mem bawa segerombolan penyanyi yang tak seorang pun mengenalnya,
              tapi tak seorang pun peduli.
                 Musiknya selalu enak untuk bergoyang. Maka begitu pertunjukan
              dimulai, penonton bergoyang perlahan, melenggok seolah penuh peng-
              hayatan. Lagunya selalu berlirik cengeng tentang patah hati, ten tang
              cinta bertepuk sebelah tangan, tentang suami yang selingkuh. Tak ada
              musik Melayu yang tak cengeng, terutama dalam pertunjukan terse-
              but, namun sang penyanyi tak perlu menangis karena itu. Se baliknya,
              penyanyi-penyanyi  perempuan  dengan  dandanan  seronok  malah
              meng umbar senyum dan tawa, tak peduli betapa sedihnya lagu yang
              dinya nyikan, membelakangi penonton sambil memutar bokong mereka.

                                           156





        Cantik.indd   156                                                  1/19/12   2:33 PM
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168