Page 162 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 162

pembantaian. Jika si babi mencoba menyerang seekor ajak, ajak-ajak
                 yang lain menyerbu bagian tubuhnya dan menggigit dagingnya hingga
                 terkoyak-koyak, sementara ajak yang diserangnya menghindar jauh
                 lebih gesit daripada si babi sendiri. Kadang-kadang babi itu mulai tam-
                 pak kepayahan, dan seorang prajurit akan membanjurnya dengan air
                 se ember, memaksanya kembali segar, dan bersiap bertahan dari serangan
                 ajak berikutnya. Akhir pertunjukan kemudian selalu jelas: babi itu mati,
                 dan seekor atau dua ajak mungkin terluka ringan. Babi baru dimasuk-
                 kan ke arena, dan enam ajak segar siap me ngoyak-ngoyaknya. Semua
                 penonton tampak puas dengan pembantaian tersebut, kecuali Sang
                 Sho dancho yang tiba-tiba dibuat terpukau oleh satu pemandangan lain.
                    Di antara para penonton ia melihat seorang gadis muda yang begitu
                 cantik, tampak tak peduli pada kenyataan bahwa sebagian besar penon-
                 ton adalah laki-laki. Umurnya mungkin baru enam belas tahun, seperti
                 seorang bidadari yang tersesat. Rambutnya diikat dalam satu ikatan pita
                 warna hijau tua, bahkan dari kejauhan Sang Shodancho bisa melihat
                 mata mungilnya yang tajam, hidungnya yang mencuat, dan senyumnya
                 yang terasa sangat kejam. Kulitnya putih seperti mengeluarkan cahaya,
                 diselimuti gaun warna gading yang menawan di sore yang penuh angin
                 laut. Gadis itu mengeluarkan sigaret dari saku gaunnya, dan dengan
                 kete nangan yang luar biasa, ia merokok, sementara matanya terus
                 me natap ajak dan babi yang tengah berkelahi. Sang Shodancho telah
                 melihatnya sejak ia naik tang ga penonton, dan tampaknya ia datang
                 seorang diri saja. Merasa penasaran pada sang bidadari, ia bertanya pada
                 Mayor Sadrah yang menemani di sampingnya, ”Siapakah gadis itu?”
                    Mayor Sadrah mengikuti telunjuknya dan menjawab, ”Namanya
                 Alamanda, anak pelacur Dewi Ayu.”
                    Selepas urusan berburu babi tersebut, ia membagikan seluruh ajak-
                 ajak peliharaannya kepada penduduk Halimunda. Orang-orang yang
                 dibuat gemas dengan ajak-ajak jinak tersebut mencoba be re butan,
                 namun mereka harus kecewa sebab ajak-ajak itu hanya sembilan puluh
                 enam ekor. Sebagian besar dibagikan kepada para pe tani untuk mem-
                 bantu mereka menjaga sawah dan ladang, dan sisanya dibagikan pada
                 beberapa penduduk kota secara acak. Bagi yang belum sempat memper-
                 olehnya pada kesempatan pertama Sang Shodancho menyuruh mereka

                                             155





        Cantik.indd   155                                                  1/19/12   2:33 PM
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167