Page 182 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 182

satunya cara terbebas dari semua itu hanyalah melawan. Pikirkanlah,
                 katanya, ada ribuan buruh di pabrik-pabrik gula sepanjang daerah-daerah
                 penghasil tebu. Mereka bekerja sepanjang tahun, sementara para pemi-
                 lik tinggal dengan penuh kenyamanan di rumah-rumah peristirahatan
                 mereka di kaki bukit. Para buruh hanya memperoleh upah yang cukup
                 untuk hidup sampai hari pembayaran upah berikutnya tiba, sementara
                 para pemilik perkebunan menangguk untung besar-besaran. Hal yang
                 sama terjadi di perkebunan teh. Juga di tempat lain. Itulah satu-satunya
                 alasan kenapa kita harus melawan, dan satu-satunya ucapan Marx yang
                 mem bekas di hatinya adalah: kaum buruh sedunia, bersatulah!
                    Ketika suara ayam jago mulai terdengar di kejauhan, percakapan
                 mereka mereda, seolah bau kematian sungguh-sungguh mulai terasa.
                 Kame rad Salim diam di kursinya, bagaikan mati sebelum waktunya. Ia
                 tidak tidur bagaimanapun, sebaliknya, ia terjaga sepenuhnya, menanti
                 dengan penuh kesabaran paginya yang terakhir akan datang. Seperti
                 orang-orang saleh yang percaya akan masuk surga, seorang komunis
                 sejati tak akan takut mati, katanya kecil nyaris tak terdengar.
                    ”Apakah kau percaya Tuhan?” tanya Kliwon hati-hati.
                    ”Itu tidak relevan,” jawabnya. ”Bukan urusan manusia memikirkan
                 Tuhan itu ada atau tidak, terutama jika kau tahu di depanmu ma nusia
                 satu menginjak manusia yang lain.”
                    ”Kau akan masuk neraka.”
                    ”Aku  lebih  suka  masuk  neraka  karena  menghabiskan  seluruh
                 hidupku untuk menghilangkan penindasan manusia oleh manusia.”
                 Kemudian ia melanjutkan: ”Jika aku boleh berpendapat, dunia inilah
                 neraka, dan menjadi tugas kita menciptakan surga.”
                    Pagi akhirnya datang, dan sebagaimana dikatakan Kamerad Salim,
                 tiba-tiba satu pasukan tentara Republik muncul dipimpin seorang
                 kapten, untuk mengeksekusinya. Mereka datang secara diam-diam,
                 mengenakan pakaian sipil, sebab Halimunda merupakan daerah pen du-
                 dukan KNIL. Mereka mengepungnya sementara ia masih duduk dengan
                 tenang di beranda ditemani Kliwon.
                    ”Ia ingin mati telanjang, polos seperti bayi yang dilahirkan,” kata
                 Kli won.
                    ”Itu tak mungkin,” kata Sang Kapten. ”Tak ada orang yang suka

                                             175





        Cantik.indd   175                                                  1/19/12   2:33 PM
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187