Page 186 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 186
bisa melupakan banyak hal: ibu dan rumahnya, gadis-gadis dan teman-
temannya, dan terutama Alamanda (meskipun yang ter akhir ini masih
sering mengganggu pikirannya di waktu-waktu tertentu), semuanya
di hancurkan oleh rutinitas gelandangannya. Da ripada memikirkan hal-
hal seperti itu, mencari sesuap nasi dan tempat berbaring yang nyaman
kemudian menjadi jauh lebih penting. Kebebasannya dari segala pikiran
yang rumit membuatnya tampak seperti kere yang berbahagia, sampai
kemudian datang gangguan dari seorang gadis kere bernama Isah Betina.
Ia melihatnya kedua kali tengah diperkosa beramai-ramai oleh lima
gelandangan di pinggir tempat pembuangan sampah, mengamuk sedemi-
kian rupa namun jelas bahwa ia tak berdaya melawan para penyerang-
nya. Sebelumnya ia telah melihatnya lewat sebelum di ha dang kelima
gelandangan itu, tampak cantik meskipun juga tam pak bau busuk setelah
berminggu-minggu tak tersentuh air. Raungannya sangat memilukan
hati, terutama mengganggu tidur siangnya di dalam pondok kardus, maka
ia keluar sambil menenteng golok menghampiri mereka. Dua orang lelaki
baru saja selesai me nyetubuhinya, keduanya cengengesan sambil melap
kemaluan dengan ujung kemeja. Seorang yang lain sedang menusukkan
tom baknya, keluar-masuk dan tampak ngos-ngosan, sementara gadis itu
tak lagi melawan. Seorang yang lain tengah meremas-remas kedua buah
dadanya, sementara lelaki terakhir menunggu dengan tak sabar sambil
menggosok kemaluannya sendiri dengan tangan.
”Berikan gadis itu padaku,” kata Kliwon, jelas dan tegas.
Salah satu dari lelaki yang telah selesai menyetubuhi si gadis, tam-
paknya pemimpin gerombolan gelandangan itu, berdiri meng ha dangnya
sambil mengangkat ujung lengan kemeja.
”Apa yang kukatakan adalah berikan gadis itu padaku,” kata Kliwon
lagi.
”Kau harus lewati dulu mayatku sebelum kau bisa ikut ngentot,”
kata lelaki penghadang.
”Baiklah.” Dan sebelum siapa pun di antara mereka menyadari go-
lok yang disembunyikan di balik punggungnya, ia telah me ngi baskan
senjata itu ke leher si lelaki penghadang. Darahnya muncrat bersama
terkulainya kepala lelaki itu, lehernya nyaris putus, dan dalam beberapa
detik ia telah ambruk di tanah. Tentu saja mati. Kliwon menginjak
179
Cantik.indd 179 1/19/12 2:33 PM