Page 188 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 188

merasakan sentuhan ganas buah dada yang bulat padat menyentuh di
                 dadanya sendiri, segalanya berakhir dalam kehangatan yang memesona.
                 Ia menemukan kembali darah pen cin tanya, balas mendekap gadis itu,
                 balas menciumnya, dan me nang galkan celananya.
                    Setelah mengamuk sedemikian rupa diperkosa lima orang beranda-
                 lan, gadis itu kini menampakkan dirinya sebagai seorang kekasih yang
                 binal. Bahkan Kliwon dibuat lupa oleh kenyataan tersebut, mendekap
                 erat tubuh si gadis dan membalikkan posisi me reka, membuat Kliwon
                 kini berada di atasnya, sama-sama telanjang dan sama-sama berahi.
                 Mereka mengatasi keterbatasan ruang sofa bekas yang sempit, dan
                 bercinta dengan gerakan monoton namun penuh nafsu, meledak-ledak
                 dan mengguncangkan, seperti perahu yang diempas-empaskan badai.
                    Kemudian ketika percintaan itu selesai, Kliwon segera menyadari
                 bah wa ia tak mengenal gadis itu sama sekali, sebagaimana gadis itu
                 tak mengenal dirinya. Mereka masih berbaring berbagi tempat di atas
                 sofa, saling mendekap dan kelelahan. Kliwon kembali bertanya, ”Siapa
                 namamu?” Namun gadis itu, sebagaimana semula, tak juga menjawab. Ia
                 hanya tersenyum, menggerutu (atau mengigau), sebelum memejamkan
                 mata dan sungguh-sungguh tertidur, dengan dengkur halus menjadi
                 pe ngiringnya.
                    ”Namanya Isah Betina,” kata seorang gelandangan kepadanya, tak
                 lama setelah itu, ”Sebab demikianlah orang-orang menyebutnya.”
                    ”Dari mana ia datang?” Kliwon memburunya dengan pertanyaan.
                    ”Mereka menemukannya seminggu lalu di trotoar, memerkosanya
                 beramai-ramai nyaris setiap hari sebelum kau membunuh satu di antara
                 mereka,” kata si gelandangan. ”Otaknya miring,” dan ia me nambahkan:
                 ”Gadis itu.”
                    Begitulah kenyataannya. Kliwon tak bisa membayangkan apa yang
                 akan dikatakan teman-temannya, terutama teman-teman gadisnya, jika
                 mereka tahu bahwa ia tidur dengan seorang gadis gila. Tak sembarang
                 gila: keluarganya mungkin telah sungguh-sungguh membuang gadis itu
                 hingga ia tersaruk-saruk jadi gelandangan.
                    Namun di luar akal sehatnya sendiri, atau karena dorongan hal lain,
                 tindakan pertamanya adalah membawa gadis itu ke pantai dan member-
                 sihkan tubuhnya, dan memberinya pakaian yang lebih baik yang ia curi

                                             181





        Cantik.indd   181                                                  1/19/12   2:33 PM
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193