Page 192 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 192
Ia telah mengemas semua barang-barangnya, dengan harapan jika
ia pergi meninggalkannya, semua dalam keadaan rapi. Buku-buku yang
se mula berserakan di atas tempat tidur, meja dan lantai ia masukkan
ke dalam kotak kardus dan menumpuknya rapi di sudut kamar. Ia juga
merapikan semua pakaiannya di lemari, membungkus gitar lamanya,
me nyimpan piringan-piringan hitam yang pernah dimilikinya. Bahkan
ia menyimpan baik-baik pisau cukur dan sikat giginya di laci. Hanya
satu yang masih tergeletak di atas meja, dan tampaknya tak akan ia
simpan di mana pun, sebab ia segera me ngenakannya. Benda itu ada-
lah topi pet pemberian Kamerad Salim. Ia berdiri di depan cermin,
me mandangi dirinya sendiri di sana. Tubuhnya telah menjadi begitu
langsing oleh penderitaan selama bertahun-tahun, dengan wajah tirus
dan mata yang redup. Rambutnya masih ikal sepanjang satu jengkal.
Lama ia berdiri di sana, sambil sesekali memegangi topi pet tersebut,
dan bertanya-tanya benarkah semua buruh di Rusia mengenakan topi
semacam itu, sebagaimana dikatakan si orang komunis.
”Lihatlah orang murung itu,” katanya pada diri sendiri, ”cukup mu-
rung untuk mengenakan topi ini.”
Mina kemudian muncul dan berdiri di ambang pintu, melihat anak-
nya masih berdiri di depan cermin. Dengan pantalon yang tersetrika
rapi, kemeja katun, dan bahkan topi pet, Mina mencoba menduga-duga
ke mana Kliwon akan pergi. Tak mungkin jika ia hendak menggelan-
dang kembali dengan cara seperti itu, maka ia kemudian bertanya:
”Kau tak tampak seperti gelandangan, Nak.”
”Sekarang dan mulai hari ini,” kata Kliwon sambil membalikkan
badan menghadapi ibunya, ”Panggil aku Kamerad Kliwon, Mama.”
185
Cantik.indd 185 1/19/12 2:33 PM