Page 196 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 196

nya selalu sama bahwa ia akan menjadi pemenang dan mereka akan
                 menjadi pecundang. Ia akan tertawa lebar sementara kekasih baru
                 menggantikan kekasih lama.
                    Bayangkan, ia telah melakukan hal itu sejak berumur tiga belas ta-
                 hun, dua tahun yang lalu. Tak bisa disangkal, kenyataannya ia mewarisi
                 kecantikan ibunya nyaris begitu sempurna, dengan mata yang tajam
                 warisan orang Jepang yang menyetubuhi ibunya. Kesadaran bahwa ia
                 menarik hati bagi lelaki sesungguhnya telah datang ketika Kliwon jatuh
                 cinta kepadanya, saat ia berumur delapan tahun itu. Tapi pada umur tiga
                 belas, dua anak lelaki berkelahi hanya karena memperdebatkan warna
                 celana dalamnya. Yang satu bersumpah bahwa ia melihat Alamanda
                 me ngenakan celana dalam warna merah, sementara yang lain berkeras
                 bahwa gadis itu mengenakan celana dalam warna putih. Mereka ber-
                 kelahi di belakang kelas, saling menghajar sampai babak-belur tanpa
                 seorang pun berniat melerai, sebaliknya menjadikan itu tontonan gratis
                 sebelum diketahui guru. Ketika perkelahian itu sampai di titik di mana
                 kedua anak itu telah sama bengkak dan berdarah, Alamanda berinisiatif
                 melerai mereka dan berkata pada keduanya:
                    ”Aku mengenakan celana dalam putih, merah karena sedang mens-
                 truasi.”
                    Sejak itu ia menyadari bahwa kecantikannya tak hanya merupakan
                 pedang untuk melumpuhkan lelaki, namun juga senjata untuk mengen-
                 dalikan mereka. Ibunya sempat dibuat khawatir dan meng ingatkannya.
                    ”Kau tahu, apa yang dilakukan lelaki pada perempuan di zaman
                 perang?” tanyanya.
                    ”Tahu sebagaimana sering Mama ceritakan,” jawab Alamanda. ”Kini
                 Mama lihat apa yang dilakukan perempuan di masa damai.”
                    ”Apa maksudmu, Nak?”
                    ”Di masa damai, Mama telah bikin lelaki-lelaki itu mengantri dan
                 membayar untuk meniduri Mama, dan aku membuat banyak lelaki
                 menangis karena patah hati.”
                    Dewi Ayu telah lama takluk oleh kekeraskepalaan anak gadis perta-
                 manya itu, dan mengikutinya lewat desas-desus yang dibawa orang ke
                 tempat tidurnya tentang jumlah anak-anak lelaki yang dibuat gila oleh
                 kecantikannya. ”Satu-satunya yang harus kusyukuri adalah bahwa ia tak

                                             189





        Cantik.indd   189                                                  1/19/12   2:33 PM
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201