Page 183 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 183

me lihat kemaluannya tergantung ke mana-mana, terutama jika ia orang
              komunis.”
                 ”Itu permintaannya yang terakhir.”
                 ”Tak mungkin.”
                 ”Kalau begitu lakukanlah di kamar mandi,” kata Kliwon. ”Biarkan
              ia telanjang, mungkin ia ingin buang tai dulu, dan tembaklah.”
                 ”Seorang komunis nomor satu mati di kamar mandi,” kata Sang
              Kap ten sambil menganggukkan kepala. ”Cerita bagus untuk buku
              sejarah kelak.”
                 Begitulah akhirnya. Kamerad Salim menanggalkan sarungnya, me-
              lumuri dirinya dengan tanah sambil sesekali menghirup udara dalam-
              dalam, seolah mengucapkan selamat tinggal. Kliwon dan Sang Kapten
              serta beberapa prajurit mengikutinya ke kamar mandi, sementara Kliwon
              berharap ibunya tak bangun oleh keributan pagi hari tersebut. Di kamar
              mandi, sebelum ditembak mati, seperti gadis-gadis yang tengah dilanda
              jatuh cinta, ia menyanyikan lagu Darah Rakyat dan Internationale, yang
              bahkan membuat Kliwon menangis mendengarnya. Begitu lagu kedua
              selesai, Sang Kapten menodongkan pistol melalui celah pintu yang
              ter buka, menembaknya tiga kali berturut-turut. Kamerad Salim mati
              telanjang di kamar mandi: ketika ia lahir ia tak punya apa-apa, dan ketika
              ia mati ia juga tak memiliki apa pun. Mina terbangun demi mendengar
              suara letusan pistol itu, dan berlari untuk melihat apa yang terjadi dan
              menemukan beberapa prajurit tengah menyeret mayat lelaki itu semen-
              tara anaknya memandang semua adegan tersebut.
                 ”Kau telah melihat ayahmu mati dieksekusi Jepang,” katanya. ”Kini
              kau lihat orang ini mati di tangan tentara Republik. Pi kir kanlah, jangan
              sekali-kali berharap jadi orang komunis.”
                 ”Banyak raja telah digantung,” kata Kliwon, ”itu tak menyurutkan
              orang untuk ingin jadi seorang raja.”
                 ”Apakah semalaman ia berhasil mempengaruhimu?” tanya Mina
              sedikit khawatir.
                 ”Paling tidak ia telah membuatku masuk angin.”
                 Para prajurit itu membawa mayat tersebut ke perempatan jalan.
              Mereka tak cemas oleh patroli tentara KNIL, sebab sepagi itu ten tunya
              belum bangun. Kliwon mengikutinya, dan melihat mayat Kamerad

                                           176





        Cantik.indd   176                                                  1/19/12   2:33 PM
   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188