Page 233 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 233

Kini Sang Shodancho bisa bergerak lebih leluasa, mendustai di ri nya
              sendiri bahwa ia tengah bercinta dengan istrinya, sampai tombaknya
              memuntahkan cairan sperma ke permukaan lempengan besi pelindung
              vagina istrinya. Sang Shodancho terguling ke sam pingnya dengan napas
              satu-satu dan bintik-bintik keringat menghiasi seluruh tubuhnya. Ia
              diam membisu selama beberapa saat sementara Alamanda menikmati
              sendiri kekonyolan itu, berbahagia dalam kemenangan dan balas dendam
              sebelum Sang Shodancho berdiri dan dengan penuh kemarahan menen-
              dang selangkangan istrinya. Alamanda terkejut sejenak dibuatnya, tapi
              Sang Shodancho lebih terkejut karena kakinya terasa demikian sakit
              membentur besi. Sambil meringis ia duduk di tepi tempat tidur, mulai
              menangis me nyedihkan, tangisan seorang laki-laki malang yang patah
              hati sambil berkata, ”Berapa kali pun kulakukan itu terhadapmu, kau
              tak akan pernah bunting. Terkutuklah kemaluan dan rahimmu,” katanya
              sambil berlalu, berpakaian dan pergi meninggalkan kamar istrinya.


              Alamanda salah menduganya ketika ia kemudian menganggap Sang
              Shodancho akan mengakhiri segala usahanya setelah peristiwa itu, dan
              menyerah sepenuhnya pada hukuman yang ia timpakan untuknya. Pada
              suatu hari ketika ia sedang di dalam kamar mandi yang ter kunci rapat
              dan ia telanjang sepenuhnya sementara celana dalam besi itu tergeletak
              begitu saja di bibir bak mandi, tiba-tiba sesuatu meng hantam pintu
              yang tampaknya begitu kuat. Seketika pintu ter sebut hancur menjadi
              puing-puing meninggalkan lubang yang sangat besar.
                 Kesadarannya belum begitu pulih dari keterkejutan ketika di li hatnya
              Sang Shodancho menyerbu ke dalam melalui lubang itu. Ala manda tak
              punya waktu untuk meraih celana dalam besinya dan apalagi mengena-
              kannya karena sekonyong-konyong Sang Shodancho telah mendekap-
              nya dalam cengkeraman. Ia menjerit keras bagai harimau betina terluka,
              namun Sang Shodancho tampaknya tak pe duli, mengangkatnya ke atas
              bahunya sebagaimana dulu ia meng angkat tubuh yang tak berdaya itu di
              hutan tempatnya bergerilya. Ia membawanya keluar dari kamar mandi
              sementara Alamanda terus meronta-ronta sambil memukuli bagian
              pung gung Sang Shodancho. Dua orang pembantu mengintip adegan
              tersebut secara diam-diam melalui celah pintu dapur dengan tubuh
              ber getar menahan kengerian.

                                           226





        Cantik.indd   226                                                  1/19/12   2:33 PM
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238