Page 238 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 238

hubungan dengan istrinya agar ia bisa membujuknya un tuk makan. Ala-
                 manda kini menolak apa pun sepenuhnya, tak hanya na si tapi bahkan
                 menolak untuk minum, dan itulah ia akhir nya ter se rang demam di sore
                 hari serta mulai mengigau dalam umpatan-umpatan.
                    Sang Shodancho mulai panik dengan keadaan istrinya yang mem-
                 buruk, masih mencoba membujuknya makan, kali ini semangkuk bubur,
                 dan masih memperoleh penolakan. Lebih dari itu, tubuh Alamanda
                 yang menggigil itu mulai bergetar hebat seolah ia tengah sekarat, tapi
                 Alamanda sendiri melalui saat-saat mengerikan seperti itu dengan
                 ke tenangan yang luar biasa, seolah ia telah siap menghadapi maut
                 yang paling buruk sekali pun. Sang Shodancho mencoba me ngurangi
                 demamnya dengan memberi kain basah pengompres di dahi Alamanda,
                 membuat uap air seketika mengapung membentuk kabut, tapi panas
                 demamnya sama sekali tak memperlihatkan ke hendak untuk turun.
                    Dalam keputusasaan, Sang Shodancho akhirnya membuka semua
                 ikatan tubuh istrinya namun Alamanda masih berbaring tanpa pem-
                 berontakan meskipun kebebasannya memungkinkan ia untuk bangkit
                 dan melarikan diri. Ia tak memberontak pula ketika suaminya mema-
                 sang kan pakaian ke tubuhnya dan lalu membopongnya pergi. Alamanda
                 waktu itu tak lagi mampu memahami apa yang terjadi sehingga tak
                 bertanya apa-apa kecuali terkulai di bahu Sang Shodancho. Tapi laki-
                 laki itu segera memberitahunya meskipun ia tak mendengar apa pun,
                 ”Aku sungguh-sungguh tak menginginkan kau jadi sebongkah mayat,
                 kita akan ke rumah sakit.”
                    Di luar yang diduga Sang Shodancho yang menganggap istrinya
                 hanya memerlukan satu suntikan vitamin dan sedikit infus, Alamanda
                 menghabiskan waktu dua minggu untuk perawatan di rumah sakit. Setiap
                 hari ia menyempatkan datang ke kamar tempat istrinya menginap sambil
                 mengatakan betapa menyesalnya pada apa yang telah ia lakukan sebelum
                 ini. Alamanda sama sekali tak percaya pada penyesalannya, namun kini
                 ia tak lagi memperlihatkan sikap per mu suhan. Ia menerima bubur yang
                 disuapkan para perawat ke mulutnya (meskipun ia tetap menolak bubur
                 dari Sang Shodancho), dan hanya mengangguk ketika Sang Shodan-
                 cho berkata bahwa ia berjanji tak akan mengulang perbuat an itu lagi.
                 Bagaimanapun, Alamanda sama sekali tak memercayainya.

                                             231





        Cantik.indd   231                                                  1/19/12   2:33 PM
   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243