Page 235 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 235

kau hanya butuh lubang untuk kemaluanmu, semua sapi dan kambing
              punya lubang.”
                 Untuk pertama kali sejak ia diculik dari kamar mandi, Sang Shodan-
              cho tersenyum dan kemudian berkata, ”Kini aku bisa me nye tubuhimu
              kapan pun aku mau!” Mendengar itu Alamanda menjerit keras, memaki
              dan menyemburkan sumpah-serapah sambil mencoba memberontak
              terhadap tali-tali pengikat tubuhnya. Semua usahanya sia-sia belaka
              dan Sang Shodancho segera meninggalkan dirinya.
                 Pada hari itu juga Sang Shodancho memanggil seorang tukang un-
              tuk memperbaiki pintu kamar mandi yang hancur dan me lem parkan
              celana dalam besi Alamanda ke dalam sumur. Ia mengancam dua pem-
              bantunya dengan sorot mata yang seolah mengatakan jangan menga ta-
              kan apa pun yang telah mereka lihat pada orang lain. Sementara Ala-
              manda mulai lemas tak berdaya setelah berusaha keras me lepaskan diri
              dan menangis tanpa henti dengan suara yang memilukan. Selain itu,
              bagaikan sepasang pengantin baru yang se sungguhnya, Sang Shodancho
              selalu kembali dan kembali ke kamarnya tempat Alamanda disekap,
              bercinta dengan istrinya dalam rentang waktu setiap dua jam setengah
              sekali tanpa lelah. Ia me nam pilkan keriangan seorang anak kecil yang
              memperoleh mainan baru, dan sementara itu perlawanan Alamanda
              semakin lama semakin tak berarti apa-apa.
                 ”Bahkan jika aku mati,” kata Alamanda dengan putus asa, ”Percaya-
              lah, lelaki ini akan menyetubuhi kuburanku.”
                 Demikianlah sepanjang hari itu Alamanda diikat di atas tempat
              tidur, disetubuhi berkali-kali. Lalu ketika sore datang Sang Shodancho
              datang membawa ember berisi air hangat dan kain basah dan ia melap
              tubuh istrinya demikian penuh kasih sayang serta begitu berhati-hati
              seolah tengah menyentuh keramik mahal yang mudah pecah. Setelah
              itu ia menyetubuhinya lagi dan memandikannya lagi dan begitulah
              bebe rapa kali. Alamanda sama sekali tak tersentuh hatinya pada sikap
              Sang Shodancho yang penuh perhatian tersebut, dan bahkan ketika
              Sang Shodancho membawakannya seporsi makan siang, ia menolaknya
              dengan tegas sambil mengatupkan mulutnya dengan rapat. Alamanda
              hanya bersedia minum dan ketika Sang Shodancho memaksanya mem-
              buka mulut dan menjejalkan nasi ke dalamnya, Alamanda langsung

                                           228





        Cantik.indd   228                                                  1/19/12   2:33 PM
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240