Page 242 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 242

Jika pun ada kekesalan hati Kliwon pada keluarga tersebut, terutama
                 kepada Sang Shodancho, tentunya bukan karena kekasihnya direbut
                 begitu saja. Sebagai seorang laki-laki sejati ia telah dibuat siap pada
                 kemungkinan apa pun ditinggalkan perempuan yang paling ia cintai.
                 Apa yang membuatnya kesal belakangan ini terhadap Sang Shodancho
                 adalah kapal penangkap ikannya yang dua buah itu. Bagaimanapun
                 kedua kapal itu telah membuat wajah pantai Ha limunda berubah. Ke-
                 dua nya kini terapung-apung di lautnya, dengan ke sibukan menurunkan
                 ikan-ikan yang diperolehnya. Para pekerjanya hilir-mudik di atas gela-
                 dak, dan para tukang yang mengangkuti ikan-ikan tangkapannya ke
                 pelelangan. Tapi kedua kapal itu juga mengubah wajah para nelayan
                 yang menjadi kusut karena ikan tak mudah lagi didapat dan kenyataan
                 tak mudah pula bersaing dengan alat-alat yang dimiliki kapal tersebut.
                 Jika pun ikan mereka peroleh, harga ikan telah jatuh oleh melimpahnya
                 ikan di pelelangan yang berasal dari kapal.
                    Itu adalah waktu ketika Kliwon, atas instruksi Partai Komunis, me-
                 mutuskan untuk mendirikan Serikat Nelayan dan mulai men jelaskan
                 kepada para sahabatnya mengenai apa yang terjadi dengan kapal-kapal
                 dan perahu mereka. ”Tak hanya sekadar persaingan yang tak sehat, tapi
                 mereka telah sungguh-sungguh merampok ikan-ikan kita.” Banyak para
                 sahabatnya berharap bisa melakukan perlawanan dengan cara memba-
                 kar kapal-kapal itu, tapi Kamerad Kliwon (begitulah kemudian ia di-
                 panggil) mencoba menenangkan mereka, berkata bahwa tak ada yang
                 lebih buruk dari sebuah tindakan anar kis, dan sebaliknya ia berkata
                 pada mereka, ”Beri aku waktu untuk bicara dengan Sang Shodancho,
                 pemilik kapal-kapal itu.”
                    Kamerad Kliwon memilih waktu ketika berita tentang kehamilan
                 Alamanda telah menjadi rahasia umum orang di kota itu. Ia berharap
                 Sang Shodancho dalam keadaan yang cukup senang hatinya untuk
                 diajak bernegosiasi mengenai urusan para nelayan tersebut. Ia bertemu
                 pada suatu siang di kantor rayon militer, sengaja tak datang ke ru mah-
                 nya karena ia sama sekali tak berharap bertemu dengan Alamanda
                 kecuali mengacaukan kebahagiaan mereka menyambut anak pertama.
                    ”Selamat siang, Shodancho,” kata Kamerad Kliwon begitu ber jum pa
                 dan mereka bersalaman. Sang Shodancho menyuguhkan se cangkir kopi

                                             235





        Cantik.indd   235                                                  1/19/12   2:33 PM
   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247