Page 244 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 244

menambah satu kapal lagi dan terbuka bagi kalian para nelayan untuk
                 bergabung di atasnya, dengan upah dan jaminan tak ada rematik serta
                 ancaman badai. Bagaimana, Kamerad?”
                    ”Sebaiknya kau berbuat bijaksana, Shodancho,” kata Kamerad Kli-
                 won. Ia segera meninggalkan Sang Shodancho yang tampaknya ha nya
                 bicara berputar-putar tak memperlihatkan minat untuk me nyingkirkan
                 kapal-kapalnya sama sekali.
                    Kapal penangkap ikan baru itu sungguh-sungguh datang pada bulan
                 ketujuh kehamilan Alamanda, tapi tak satu pun nelayan yang berniat
                 mengikuti upacara membuang kepala sapi yang dilakukan segelintir
                 orang-orang Sang Shodancho. Kamerad Kliwon bahkan mulai menjadi
                 berang dan berkata pada Sang Shodancho bahwa ia tak lagi bisa men-
                 jamin kapal-kapal itu aman dari kemarahan para nelayan, tapi dengan
                 tenang Sang Shodancho berkata bahwa tak sebaiknya mereka bertindak
                 gegabah. Sang Shodancho tampaknya tak begitu peduli dengan urusan-
                 urusan tersebut karena kemudian ia tak mau ditemui siapa pun kecuali
                 tinggal di rumah menanti ke lahiran anak pertamanya. Itu akan menjadi
                 anak kebanggaannya, masa depannya yang kelak jika ia sudah lahir ia
                 akan meluangkan waktu-waktu sore untuk berjalan bersamanya. Ia akan
                 mengantarnya pergi sekolah jika ia sudah sedikit besar, memberikan apa
                 pun yang ia inginkan.
                    Karena itu ia sesungguhnya tak tahu menahu tentang pemogokan
                 buruh kapal-kapal penangkap ikannya yang sebagian besar adalah
                 nelayan-nelayan kampung sepanjang pesisir. Mereka dihadapi se pa-
                 suk an polisi dan tentara dari rayon militer dengan pemukulan tapi
                 orang-orang itu tetap bergeming. Tanpa berkonsultasi dengan Sang
                 Shodancho, para nahkoda kapal memecat para buruh itu satu per satu,
                 dan menggantinya dengan buruh-buruh baru yang bersedia mengikuti
                 aturan main dan kontrak mereka. Serikat Nelayan berhasil memasuk-
                 kan orang-orangnya untuk bekerja di kapal, namun kini mereka semua
                 telah dipecat.
                    Hal ini memancing kemarahan umum di antara para nelayan dan
                 mereka tampaknya telah sungguh-sungguh merencanakan untuk mem -
                 bakar kapal-kapal itu dalam satu keputusasaan. Namun kembali Kame rad
                 Kliwon mencoba mencegah mereka dan berjanji sekali lagi untuk bicara

                                             237





        Cantik.indd   237                                                  1/19/12   2:33 PM
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249