Page 360 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 360

cincang di kios daging,” kata Dewi Ayu. Namun setelah itu, hantunya
                 selalu meng ikutinya ke mana pun ia pergi.
                    Baik Henri maupun Aneu Stammler tentu saja mengetahui kisah
                 tentang Ma Iyang dan Ma Gedik, tapi mereka tak tahu jika Dewi Ayu
                 kemudian kawin dengan Ma Gedik yang itu.
                    ”Demikianlah mengapa Dewi Ayu bertahan hidup sampai umur lima
                 puluh dua,” tulis Rosinah, ”hantu itu terus menemaninya.”
                    ”Tapi kenapa ia jadi pelacur?” tanya Aneu.
                    Rosinah menceritakan apa yang terjadi atas Dewi Ayu semasa perang,
                 bagaimana ia dipaksa menjadi pelacur oleh tentara Jepang. Suatu ketika,
                 di saat-saat yang sama di depan tungku, Dewi Ayu pernah pula berkata
                 pada Rosinah, ”Aku mempelajari sesuatu setelah aku jadi pelacur,”
                 katanya, ”bahwa pelacur yang baik adalah pe rem puan-perempuan
                 tanpa kekasih.” Dewi Ayu mengatakan bahwa setelah pe rang selesai,
                 ia menjadi pelacur bukan semata-mata mem bayar hutang pada Mama
                 Kalong, tapi karena ia tak mau apa yang terjadi atas Ma Iyang dan Ma
                 Gedik terulang pada pasangan-pasangan kekasih penuh cinta yang lain.
                 ”Pelacur paling tidak tak membuat orang harus punya gundik, sebab
                 setiap kau mengambil gundik, kau mungkin menyakiti hati seseorang
                 yang adalah kekasih gundik itu. Sebuah cinta dihancurkan dan sebuah
                 kehidupan di po rak porandakan setiap kali seorang lelaki menyimpan
                 seorang gundik. Tapi seorang pelacur paling banter menyakiti seorang
                 istri yang jelas-jelas sudah dikawin, dan adalah kesa lahannya membuat
                 suami harus pergi ke tempat pelacuran.”
                    ”Begitulah ia kemudian jadi pelacur Halimunda yang dipuja banyak
                 orang,” tulis Rosinah. ”Aku seperti tengah menulis biograf  ma jikanku
                 sendiri.” Dan ia tertawa kecil.
                    ”Kenapa kita punya anak yang berpikir begitu menjijikkan?” tanya
                 Aneu Stammler dengan kebingungan pada suaminya.
                    ”Jangan berpikir buruk tentang anak itu,” kata Henri. ”Kita tak lebih
                 tidak berdosa darinya. Kita kakak-beradik sedarah yang memutuskan
                 kawin, kau tak boleh melupakan itu.”
                    Tak seorang pun melupakannya, bahkan Rosinah yang hanya men-
                 dengar cerita itu dari Dewi Ayu juga tak lupa.
                    Hantu itu kemudian datang lagi, kali ini lebih ramah, me num pah-
                 kan meja tempat limun dingin mereka ada di atasnya.

                                             353





        Cantik.indd   353                                                  1/19/12   2:33 PM
   355   356   357   358   359   360   361   362   363   364   365