Page 362 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 362

Pada awalnya ia sesungguhnya tak setakut itu. Jika ada hantu komu-
                 nis muncul dengan luka tembak di sekujur tubuhnya dan mu lut meng-
                 geramkan sesuatu, mungkin lagu Internationale, ia akan me ngeluarkan
                 pistol dan menembaknya. Awalnya hantu-hantu itu akan lenyap oleh
                 satu tembakan, namun lama-kelamaan mereka men jadi kebal. Sang
                 Shodancho telah menembak begitu banyak hantu di seluruh pelosok
                 kota, dan hantu-hantu itu menjadi sangat resisten terhadap tembakan.
                 Mereka akan tertembak, meninggalkan bekas luka peluru di tubuhnya,
                 dan bahkan memuncratkan darah, tapi tak pernah mati. Mereka akan
                 tetap berdiri di sana, berapa kali pun ditembak, dan bahkan berusaha
                 mendekat, membuat Sang Shodancho akhirnya lari dan sejak itulah ia
                 mulai ketakutan terhadap munculnya hantu-hantu tersebut.
                    Semua gejala-gejala penderitaan Sang Shodancho nyaris menyerupai
                 orang scizoprenia. Tapi jelas ia tidak gila. Ia tidak mengalami halusi-
                 nasi apa pun. Apa yang ia lihat bisa dilihat orang lain, dan apa yang ia
                 takutkan juga ditakutkan orang lain. Perbedaannya, ia takut lebih hebat
                 dari siapa pun, terutama jika dibandingkan istrinya yang lama-kelamaan
                 mulai terbiasa dengan kemunculan hantu-hantu tersebut.
                    Hidupnya sungguh-sungguh tampak menyedihkan. Ke mana-mana
                 ia selalu berpikir bahwa hantu-hantu itu selalu menguntitnya, menung-
                 gunya lengah sebelum membalaskan dendam mereka. Harus diakui ia
                 telah membunuh banyak orang komunis di masa pembantaian, mes-
                 kipun mungkin bukan yang terbanyak. Beberapa orang penting Partai
                 bahkan ia eksekusi sendiri dengan pistolnya. Ia tak merasa he ran bahwa
                 mereka merencanakan pembalasan dendam, dan menjadi hantu-hantu
                 gentayangan. Ia harus berhati-hati terhadap mereka, dan itulah yang
                 membuat semua orang berpikir ia mungkin gila, sebab tanpa kemuncu-
                 lan hantu-hantu itu pun ia sering di rong rong rasa takut. Hal ini mem-
                 buat segala yang ia kerjakan tampak berantakan, tak hanya permainan
                 kartu yang selalu kalah, namun bahkan ia sering keliru me masuki rumah
                 orang lain. Alamanda sesungguhnya tak terlalu risau oleh kekacauan
                 tersebut, dan berpikir bahwa hantu-hantu itu mungkin pada waktunya
                 akan lelah sendiri mengganggu kehidupan orang-orang kota. Tapi tidak
                 begitu dengan anak gadis mereka yang kini berumur sepuluh tahun. Ai,
                 atau Nurul Aini, selalu mengeluh pada ibunya, terutama pa da ayahnya,

                                             355





        Cantik.indd   355                                                  1/19/12   2:33 PM
   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367