Page 366 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 366

itu dan pergi ke Timor Timur, tampak bahagia bahwa ia akan mening-
                 galkan kota tersebut, tak peduli bahwa itu berarti ia meninggalkan istri
                 dan anak pe rem puan nya.
                    Rencana keberangkatannya segera didengar seluruh orang kota,
                 sebagaimana setiap berita dengan cepat menjadi perbincangan publik.
                 Pada hari keberangkatan, marching band militer menyemarakkan acara
                 perpisahannya dengan warga kota (dan hantu-hantunya) di La pangan
                 Merdeka, dan mereka mengelilingi kota dengan Sang Shodancho ber-
                 diri dalam pakaian militer lengkap di atas jeep terbuka. Ia melambaikan
                 tangan pada semua penduduk kota yang berdiri di ping gir jalan, dan
                 tersenyum mengejek pada hantu-hantu yang me nampakkan diri dengan
                 rasa penasaran.
                    ”Kuharap kalian bertahan dengan hantu-hantu sialan itu,” katanya.
                    ”Kami telah bertahan selama lebih sepuluh tahun, Shodancho.”
                    Rombongan itu akhirnya pergi hanya meninggalkan marching band,
                 sementara Sang Shodancho dan beberapa prajurit yang akan mengikuti-
                 nya ke Timor Timur menghilang di batas kota. Ia lupa pamit pada istri
                 dan anaknya, yang membuat Ai mengeluh.
                    ”Ia bahkan belum mengambil biji kedondong itu,” katanya.
                    ”Percayalah, ia tak akan bertahan lama di sana,” kata Alamanda me-
                 nenangkan anaknya. ”Ia melakukan gerilya yang hebat di Halimunda,
                 tapi Timor Timur jelas bukan Halimunda.”
                    Itulah memang yang terjadi. Dalam enam bulan, Sang Shodancho
                 telah dikirim pulang setelah tertembak betisnya dengan peluru ma sih
                 bersarang di sana. Penduduk kota itu tampaknya harus me nerima nasib
                 untuk tak pernah kehilangan dirinya. Kepada istrinya ia mengeluhkan
                 tentang sulitnya melakukan peperangan di tempat brengsek itu.
                    ”Aku tak tahu apa yang dicari di tempat tandus seperti itu,” ka tanya
                 mencoba menghibur diri atas kepulangannya, dan senang memperoleh
                 penjelasan yang sangat memadai. ”Sehebat apa pun kau menguasai tek-
                 nik gerilya, itu omong kosong jika menghadapi musuh yang mengenal
                 dengan baik medan peperangan.”
                    Istrinya mencoba mengajaknya ke rumah sakit untuk melakukan
                 pem bedahan kecil mengeluarkan peluru yang bersarang di betisnya,
                 tapi Sang Shodancho menolaknya. Ia berkata itu tak terasa sakit lagi

                                             359





        Cantik.indd   359                                                  1/19/12   2:33 PM
   361   362   363   364   365   366   367   368   369   370   371