Page 368 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 368

walet. Tim mereka biasanya empat orang. Sarang-sarang itu bisa dijual
                 dengan sangat mahal pada orang-orang Cina yang akan menjualnya
                 kembali ke kota-kota besar, bahkan konon menjualnya ke luar negeri.
                 Kamerad Kliwon tak peduli siapa kemudian yang akan memakan sarang-
                 sarang burung walet tersebut, yang menurutnya tak lebih enak dari
                 makaroni. Yang ia pikirkan adalah bahwa ia memperoleh benda-benda
                 itu dan menjualnya pada orang-orang Cina penadah.
                    Ada banyak tebing-tebing curam di sepanjang hutan tanjung, di
                 daerah-daerah yang nyaris tak terjamah oleh manusia, bahkan tidak
                 pula oleh pasukan gerilya Sang Shodancho di masa perang. Di tebing-
                 tebing semacam itu terdapat gua-gua, kecil dan besar, jauh di atas
                 tebing atau bahkan tertutup permukaan air laut (hanya tampak ketika
                 air surut), dan di sanalah burung-burung hitam cantik itu bersarang,
                 keluar masuk mulut gua dan beterbangan di atas per mu kaan air laut,
                 menyambar buih-buih ombak. Konon sarangnya dibuat dari air liurnya,
                 Kamerad Kliwon tak peduli, bahkan meskipun sarang itu dibuat dari
                 tainya.
                    Mereka biasanya pergi malam hari, dengan berbekal karung dan
                 sedikit makanan, dan terutama lampu baterai kering, sebab burung
                 walet tak menyukai bau minyak jenis apa pun. Ada obat-obat darurat
                 gigitan ular, sebab banyak ular berbagi gua dengan burung-burung
                 tersebut. Untuk menuju tebing-tebing tersebut, keempat orang itu harus
                 menggunakan perahu tanpa mesin, hanya dikayuh dayung untuk tidak
                 membuat keributan. Mereka juga harus cukup bersabar bermain dengan
                 ombak yang kadang tak begitu ramah menutupi mulut gua, atau kalau-
                 pun ombak menyurut mereka harus selalu waspada air pasang datang
                 tiba-tiba dan mereka bisa me ne mukan diri terjebak di dalam gua. Atau
                 mereka harus berlabuh secara darurat pada batu karang yang menonjol,
                 dan mendaki tebing itu dengan risiko hidup-mati, untuk mencapai
                 mulut-mulut gua yang lebih tinggi. Untuk itu mereka juga berbekal tali
                 tambang pem bantu pendakian, yang tentu saja sangat darurat.
                    Pekerjaan seperti itu sangat melelahkan, dan karena keadaan cuaca
                 kadang tak terlalu ramah, mereka bisa terjebak atau menanti selama
                 berhari-hari. Tapi hasil dari perburuan semacam itu jauh lebih membuat
                 keempatnya hidup makmur. Bagi Kamerad Kliwon sendiri, penghasilan-

                                             361





        Cantik.indd   361                                                  1/19/12   2:33 PM
   363   364   365   366   367   368   369   370   371   372   373