Page 373 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 373

Ia akhirnya dikirim ke Bloedenkamp, tempat banyak orang komunis
              menjalani tahanan yang entah sampai kapan. Banyak para sahabatnya
              ada di sana, dan terkejut bahwa ia belum mati, lebih terkejut lagi bahwa
              ia datang begitu terlambat ke Bloedenkamp. Paling tidak ia cukup ter-
              hibur bahwa di sana ada begitu banyak orang yang dikenalnya, meski-
              pun semua orang dalam keadaan menyedihkan. Mereka kekurangan
              makan, tak ada pakaian, dan tak ada seorang pun yang menengok. Hari-
              hari mereka dipenuhi introgasi-introgasi, dan penyiksaan-penyiksaan
              dari para prajurit penjaga. Bahkan Kamerad Kliwon, sebesar apa pun
              repu tasinya, juga mengalami hal yang sama, secara kasar dan sadis.
                 ”Percayalah ia akan bertahan hidup,” kata Sang Shodancho me-
              ne  nangkan istrinya yang marah atas penangkapan Kamerad Kliwon
              dan pengirimannya ke Bloedenkamp. ”Bahkan meskipun mati, orang
              komunis akan hidup lagi jadi hantu, sebagaimana kita tahu.”
                 ”Katakan hal itu pada Adinda dan anaknya,” kata Alamanda.
                 Tak lama setelah itu, semua tahanan di Bloedenkamp, seluruhnya
              tahanan politik orang-orang komunis, segera dipindahkan ke Pulau
              Buru. Seluruhnya tanpa sisa. Tak seorang pun tahu apa yang akan
              mereka lakukan di sana. Mungkin semacam Boven Digoel di masa kolo-
              nial, mungkin semacam kamp-kamp konsentrasi Nazi di waktu perang.
              Semua tahanan mulai membayangkan kerja paksa yang mengerikan.
              Beberapa mulai menjadi gila, beberapa yang lain mati karena tergun-
              cang bahwa mereka akan memperoleh hukuman yang lebih mengerikan
              daripada di Bloedenkamp. Dan salah satu dari mereka adalah Kamerad
              Kliwon. Ia tak sempat pamit pada ibu, istri dan anaknya. Ia hanya
              sem  pat pamit pada Sang Shodancho yang menyempatkan diri mengun-
              jungi nya sesaat sebelum kapal laut milik ten tara membawa semua
              tahanan itu ke sebuah pulau jauh di Indonesia bagian timur.
                 ”Aku akan memastikan istri dan anak-anakmu baik-baik saja,” kata
              Sang Shodancho pada Kamerad Kliwon.
                 ”Dan lihatlah kini, ia bahkan dikirim ke Pulau Buru,” kata Ala-
              manda setibanya Shodancho di rumah, ”mereka akan menyuruhnya
              menebangi kayu-kayu tanpa memberinya makan dan ia akan mati de-
              ngan cara seperti itu.”
                 ”Pikirkanlah, ia sendiri yang memulai semua kekacauan ini. Se-

                                           366





        Cantik.indd   366                                                  1/19/12   2:33 PM
   368   369   370   371   372   373   374   375   376   377   378