Page 377 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 377

lain. Krisan yang telah kehilangan tiga belas tahun untuk mengenal
              ayahnya dibuat cemburu oleh hantu-hantu tersebut. Ia ingin mendengar
              ayahnya berkata untuknya, tapi bahkan ia tak berani menanyakan apa
              pun pada ayahnya sejak peristiwa meja makan tersebut.
                 Suatu hari ia bertanya pada Adinda, ”Bagaimana kabar Sang Sho-
              dan cho?”
                 ”Ia nyaris gila karena hantu-hantu komunis itu,” jawab Adinda.
                 ”Aku akan mengunjunginya.”
                 ”Lakukanlah,” kata Adinda, ”mungkin itu baik buatmu.”
                 Waktu itu sore yang hangat, dengan angin yang pelan berembus dari
              arah bebukitan. Ia berjalan kaki dan beberapa tetangga mulai melihat-
              nya, terpana bahwa lelaki itu sudah kembali. Rumah Sang Shodancho
              bisa terlihat dari rumahnya, maka ia hanya membutuhkan dua menit
              perjalanan sebelum mengetuk pintu. Yang membuka ada lah Alamanda,
              sebagaimana para tetangga itu, ia terkejut bukan main melihat laki-laki
              tersebut.
                 ”Kau bukan hantu, kan?” itulah yang ditanyakan Alamanda.
                 ”Aku hantu menakutkan,” jawab Kamerad Kliwon, ”jika kau takut
              pada komunis hidup.”
                 ”Jadi kau pulang.”
                 ”Mereka membawaku pulang.”
                 ”Masuklah.”
                 Kamerad Kliwon duduk di kursi ruang tamu sementara Alamanda
              pergi membawa minuman untuknya. Ketika ia datang kembali, Kame-
              rad Kliwon menanyakan Sang Shodancho.
                 ”Ia pergi ke seluruh pelosok kota untuk menembaki hantu-hantu ko-
              munis itu,” kata Alamanda, ”atau mungkin main kartu di tengah pasar.”
                 Setelah itu mereka tak berkata apa pun lagi. Kamerad Kliwon ingin
              menanyakan tentang Nurul Aini, tapi suasana tiba-tiba mem buatnya
              tak ingin menanyakan apa pun. Alamanda duduk persis di depannya.
              Tatapannya begitu lembut, mungkin tatapan kasihan, atau tatapan
              jenis lain. Ia lupa, tapi ia pernah melihat tatapan seperti itu, dan ini
              membuatnya segera lupa untuk menanyakan anak gadis itu. Mungkin
              Ai pergi bermain entah ke mana, mungkin ke rumah Rengganis Si
              Cantik. Tak ada yang perlu ditanyakan soal itu, tapi lihatlah tatapan

                                           370





        Cantik.indd   370                                                  1/19/12   2:33 PM
   372   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382