Page 375 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 375

terkejut ketika pertama kali datang, hal pertama yang dicari ayahnya di
              dalam lemari adalah topi pet usang yang warnanya tak lagi karuan, apa-
              kah hitam, cokelat, atau kelabu. Ia menepuk-nepuk topi pet tersebut,
              tapi tak pernah me ma kai nya dan mengembalikannya ke dalam lemari.
              Dengan rambut lebat seperti itu ia tak pantas mengenakan topi pet.
                 Kamerad Kliwon tak banyak bicara sepulang dari pembuangannya.
              Itu membuat Krisan bertanya-tanya, apakah benar laki-laki ini di masa
              lalu adalah tukang bicara paling cerewet di rapat-rapat raksasa. Tapi
              mungkin ia bicara banyak pada ibunya jika malam datang dan mereka
              tidur bersama di kamar keduanya. Tapi ia tak banyak bicara pada
              Krisan. Ia hanya bicara, apa kabar, Nak, atau berapa umurmu sekarang.
              Pertanyaan-pertanyaan itu begitu seringnya ditanyakan hingga Krisan
              berpikir ayahnya telah kehilangan kewarasan. Mungkin ia telah pikun,
              pada umurnya yang bahkan belum juga lima puluh tahun. Ia tak pernah
              tahu umur ayahnya. Mungkin empat puluh. Tapi ia tampak begitu tua,
              ringkih, dan murung.
                 Mungkin Kamerad Kliwon sendiri merasakan hal aneh yang sama
              kepada anaknya, sebab ia pun tak mengenal baik anak itu. Sebagaimana
              Krisan kepadanya, lelaki itu sering memandangnya lama-lama, seolah-
              olah ingin mengetahui apa yang dipikirkannya. Krisan tak pernah men-
              coba menebak apa yang dipikirkan ayahnya, ia lebih tertarik men coba
              mengenalinya secara f sik. Ayahnya me nge nakan pakaian-pakaian lama-
              nya, dan semua kedombrangan. Itu tam pak menyedihkan bagi Krisan.
                 Selama beberapa hari ia tak pernah keluar rumah, dan tak seorang
              pun mengunjunginya sebab ia datang secara diam-diam. Adinda dan
              Krisan juga tak mengatakannya pada siapa pun. Mereka ingin men jaga
              kedamaian lelaki itu, dan membiarkannya tak diketahui siapa pun,
              kecuali Kamerad Kliwon sendiri telah siap. Bahkan Sang Shodancho
              dan istrinya belum juga tahu. Demikian pula Mina.
                 ”Seperti apakah di sana?” tanya Krisan suatu ketika di meja makan,
              ”Pulau Buru itu.”
                 ”Makanan terbaik di sana adalah apa yang biasa kau temukan di
              toilet,” jawabnya.
                 Itu membuat suasana makan jadi terasa tak enak. Adinda me man-
              dang Krisan dan memberi isyarat untuk tak bertanya apa pun lagi. Maka

                                           368





        Cantik.indd   368                                                  1/19/12   2:33 PM
   370   371   372   373   374   375   376   377   378   379   380