Page 385 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 385

yang berperang melawan Belanda di masa agresi militer, yang memerin-
              tahkan pembunuhan orang-orang komunis di Halimunda delapan belas
              tahun lalu. Dengan semua warisan semacam itu, ia ter pilih menjadi
              ke tua kelas, dan kini, tanpa mengatakan apa pun kecuali memandang
              mereka, anak-anak lelaki dan si guru tua ma te matika segera berdiri dan
              pergi meninggalkan ruang kelas. Terdengar dengusan kecewa di antara
              mereka, dan kata-kata penyesalan.
                 ”Sialan, seekor anjing! Seolah tak ada di antara kita yang bisa
              memerkosa Rengganis Si Cantik.”
                 Beberapa anak-anak perempuan pergi ke ruang olah raga dan mene-
              mukan satu setel seragam sepakbola sekolah, sebagai ganti ta plak meja
              yang membalut tubuh Si Cantik.
                 Pada waktu yang kurang lebih sama, Maya Dewi, ibu Si Cantik dan
              juga istri Maman Gendeng mengalami kejadian kecil yang dramatik
              sekaligus mencemaskan: ia tengah membersihkan rumah ketika seekor
              cicak yang hinggap di caping lampu berak dan tainya terbang jatuh
              menimpa pundaknya. Bukan karena baunya atau karena bajunya kotor
              yang membuatnya cemas, tapi karena ia tahu kejatuhan tai cicak selalu
              merupakan malapetaka. Sebuah pertanda.
                 Berbeda dari suaminya, Maya Dewi sangat disegani penduduk kota,
              tak peduli ia anak Dewi Ayu, pelacur Halimunda yang paling dike-
              nang, dan tak peduli bahwa ia anak haram jadah tanpa seorang pun
              tahu siapa ayahnya. Tenang, ramah, dan bahkan saleh. Orang segera
              melupakan sifat kekanak-kanakan anak gadisnya yang mencemaskan
              serta naluri jahat suaminya yang menakutkan begitu mereka teringat
              pada perempuan ini, yang akan pergi ke perkumpulan ibu-ibu untuk
              pengajian di malam Jumat dan bertemu di hari Minggu sore untuk
              arisan. Ia membuat keluarganya tampak sedikit beradab, tampak hidup
              oleh pekerjaan sehari-harinya membuat roti bersama dua gadis gunung
              yang membantunya.
                 Wajahnya yang masih menyisakan warisan Belanda itu kini tam pak
              sepucat mayat berumur dua malam, tak lama setelah ia mem bersihkan
              tai cicak dan menyuruh salah satu gadis pemanggang roti itu menerus-
              kan pekerjaannya menyapu ruang tengah. Ia duduk di beranda dan
              men cemaskan sesuatu terjadi pada suami atau anak gadisnya. Banyak

                                           378





        Cantik.indd   378                                                  1/19/12   2:33 PM
   380   381   382   383   384   385   386   387   388   389   390