Page 388 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 388

”Aku akan mengawini anakmu, Rengganis Si Cantik,” kata si bocah
                 Kinkin akhirnya.
                    ”Tak ada alasan ia harus kawin denganmu,” kata Maman Gendeng,
                 lebih merasa geli daripada terkejut. ”Ia boleh kawin dengan siapa pun
                 yang ia mau, tapi aku yakin itu bukan denganmu. Lagipula pikirkan hal
                 ini: kalian masih bocah ingusan, terlalu dini bicara kawin.”
                    Kinkin memberitahunya bahwa mereka, ia dan Rengganis Si Cantik,
                 satu kelas di sekolah yang sama. Ia telah jatuh cinta ke padanya sejak
                 pertemuan pertama. Selalu membuatnya menggigil jika berjumpa de-
                 ngannya, dan tetap menggigil oleh api kerinduan jika tak melihatnya.
                 Ia menderita demam, insomnia, sesak napas yang semuanya karena
                 cin ta. Ia pernah mencoba mengirimkan puisi cinta secara diam-diam
                 di li patan buku tulis Si Cantik, juga surat yang ditulis di kertas wangi,
                 namun hampir mati ia menunggu balasan yang tak pernah datang itu.
                 Ia meyakinkan sang preman bahwa ia mencintai Si Cantik sebagaimana
                 Romeo mencintai Juliet dan sebagaimana Rama mencintai Shinta.
                    ”Ia akan menyelesaikan sekolah sebelum jadi dokter gigi seperti
                 perempuan kaya di ujung jalan itu,” kata sang preman. ”Bahkan mes ki-
                 pun kalian saling mencintai, tak ada alasan untuk kawin sekarang ini.”
                    ”Anak gadismu hamil dan harus ada yang mengawininya,” kata si
                 bocah.
                    Sang preman tersenyum kecil mengejek, ”Seseorang harus me mer-
                 kosanya sebelum ia hamil, dan seseorang harus membunuhku sebelum
                 memerkosanya.”
                    ”Seekor anjing memerkosanya di toilet sekolah.”
                    Itu cerita yang lebih menggelikan baginya, dan apa yang terjadi
                 siang itu tak lebih dari gangguan kecil seorang bocah yang dimabuk
                 cinta. Ia mengusirnya pergi sambil berpesan, jika ia sungguh-sungguh
                 men cintai anak gadisnya, berusahalah dengan baik-baik.
                    Ketika sore datang dan ia pulang ke rumah, dengan cepat ia melupa-
                 kannya. Rengganis Si Cantik tak pernah mengatakan apa pun menge-
                 nai hal itu, dan istrinya juga tidak, jadi ia berpikir segalanya baik-baik
                 saja. Ia tidur sejenak sebagaimana biasa sampai pukul tujuh malam saat
                 Maya Dewi memasang kelambu dan membakar obat nyamuk sekaligus
                 membangunkannya untuk makan malam. Saat itulah ia teringat pada

                                             381





        Cantik.indd   381                                                  1/19/12   2:33 PM
   383   384   385   386   387   388   389   390   391   392   393