Page 390 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 390

turun dari kursi penonton dan didorong rasa pe nasarannya, ia menang-
                 galkan topeng para badut. Maya Dewi kem bali memimpin dua gadis
                 kampungnya dan Maman Gendeng kembali berada di kursi goyang kayu
                 mahoninya dari pagi sampai siang hari, dan bermain truf bersama Sang
                 Shodancho di meja tengah pasar ikan di waktu sore.
                    Telah bertahun-tahun ia berbagi kebosanan di meja permainan truf
                 bersama Sang Shodancho, ditemani tukang ikan asin dan tukang sayur
                 atau kuli pasar dan tukang becak. Hanya ketika Shodancho pergi ke
                 Timor Timur untuk pergi berperang selama enam bulan sebelum pu-
                 lang dalam keadaan terluka mereka tak bemain kartu. Shodancho itu
                 mungkin lebih tua satu atau dua tahun darinya. Jika ia memerlukan
                 teman bermain kartu, ia akan datang ke terminal dari markasnya di
                 rayon militer dengan mempergunakan skuter tanpa pelindung mesin,
                 sekitar pukul tiga sore, mengacungkan tangan pada sang preman seba-
                 gai isyarat bahwa ia menantikannya di meja mereka. Bunyi skuternya
                 sudah begitu dikenal, bahkan meskipun sang preman tengah tidur
                 siang ia akan segera terbangun, berisik menyerupai mesin penggiling
                 padi. Ia terlalu kurus dan pendek untuk prajurit kebanyakan, namun
                 semuanya tersembunyi di balik seragam militernya yang menimbulkan
                 rasa segan. Sang Shodancho nyaris selalu berseragam lengkap, hijau
                 belang-belang dengan sepatu sekeras kulit buaya, dan pistol serta kayu
                 pemukul bahkan terayun-ayun pula di pinggangnya. Warna kulitnya
                 gelap dan rambut serta kumisnya sedikit beruban. Kebanyakan orang
                 telah lupa nama sesungguhnya, kecuali bahwa ia bekas komandan
                 shodan pemberontak di masa Jepang.
                    Pada hari Kamis sore, keduanya kembali bertemu di meja kartu.
                 Ditemani seorang bocah dari kios jagal sapi dan penjual ikan, me reka
                 memulai ritual tersebut. Sang Shodancho melemparkan bung kus rokok
                 putih Amerika di meja bersama korek gas, dan sebelum kartu dikocok
                 keempatnya telah memperebutkannya. Bau asap tembakau cukup un-
                 tuk mengusir bau amis ikan asin dan sampah sayuran busuk di pojok
                 deretan kios.
                    ”Puji Badut,” kata Shodancho. ”Apa kabar milikmu?”
                    Persahabatan keduanya yang rapuh terutama lebih banyak ditopang
                 persahabatan kedua anak gadis mereka, Rengganis Si Cantik dan Nurul

                                             383





        Cantik.indd   383                                                  1/19/12   2:33 PM
   385   386   387   388   389   390   391   392   393   394   395