Page 393 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 393

”Kita hanya menertawakan badut,” kata Shodancho.
                 Maman Gendeng meninggalkan meja kartu itu dan berjalan pulang
              sepanjang trotoar. Angin dari bukit mulai turun dan suara air pasang
              mulai terdengar. Rombongan kalong terbang melawan angin, bagai
              para pemabuk, di langit yang seoranye buah jeruk. Para nelayan ke-
              luar rumah dengan dayung dan jala dan tong-tong es, dan sebaliknya,
              buruh-buruh perkebunan pulang menenteng sabit dan karung kosong.
              Ia gelisah oleh udara yang murung itu.
                 Mereka tinggal di bagian kota yang nyaman, sisa-sisa perumahan
              orang-orang Belanda pemilik perkebunan. Adalah Dewi Ayu, mer tuanya,
              yang  memberinya  dan  ia  sendiri  membeli  rumah  dengan  uang  yang
              nyaris tak terpakai selama bertahun-tahun hidupnya sebagai pelacur.
              Ada pohon belimbing dan sawo kecik yang rindang tumbuh di depan
              rumah, dan Maya Dewi membuatkannya pagar hidup dari pohon anak
              nakal. Rumah itu akan menyelamatkannya dari badai kemurungan, na-
              mun ketika ia sampai di rumah, ia ma lahan me ne mukan istrinya duduk
              menghadapi seember cucian. Menangis.
                 ”Aku khawatir ia hamil,” kata Maya Dewi tanpa menoleh. ”Telah
              sebulan berlalu dan tak lagi kutemukan celana dalam yang merah oleh
              darah.” Dan ia mengatakannya dengan penuh kemarahan, perempuan
              yang tak pernah marah itu. Ia membanting ember cucian tersebut,
              menumpahkan isinya di lantai.
                 Sang Preman terpukau oleh fakta itu, dan merenung. ”Kalaupun
              ternyata benar, bukanlah anjing yang memerkosanya,” kata Maman
              Gendeng penuh kepastian. ”Seharusnya anak gadisku yang memerkosa
              anjing.”


              Setelah lamaran yang gagal di terminal bis itu, Kinkin melarutkan
              diri dalam kebiasaan baru menenteng senapan angin dan menembak
              mati anjing-anjing yang tersesat ke tempat pemakaman, tempat di
              mana ia tinggal bersama si penggali kubur Kamino, ayahnya. Ia tam-
              pak nya merupakan satu-satunya orang yang percaya bahwa Rengganis
              Si Cantik diperkosa seekor anjing, dan dibakar kecem bu ruan yang
              membabi buta, ia tak membiarkan seekor anjing pun hidup di daerah
              kekuasaannya, dan bahkan jika tak seekor anjing pun muncul, ia akan
              membeli poster-poster anjing yang dijual di emperan pasar dan meng-

                                           386





        Cantik.indd   386                                                  1/19/12   2:33 PM
   388   389   390   391   392   393   394   395   396   397   398