Page 398 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 398

Maman Gendeng meng usul kan untuk mengungsikannya, tapi Maya
                 Dewi menentang gagasan suaminya dan bersikeras mempertahankan-
                 nya. ”Lebih baik hidup dalam aib daripada harus kehilangan anakku.”
                    Akhirnya mereka menyerah dan mengirimnya kembali ke sekolah.
                 Itu pun bukan perkara yang mudah, sebab gadis-gadis hamil selalu
                 ditolak sekolah. Mereka berdalih hal tersebut bisa memberi pengaruh
                 buruk bagi anak-anak gadis yang lain. Untuk kedua kalinya, Maman
                 Gendeng akhirnya muncul lagi ke sekolah, masuk ruang kepala seko-
                 lah tanpa mengetuk pintu, untuk memastikan bahwa anak ga disnya
                 tak akan dikeluarkan. Bagaimanapun, kepala sekolah yang malang itu
                 sungguh-sungguh dalam keadaan terpojok. Di satu sisi ia harus mengha-
                 dapi orang-orang tua murid yang akan mencemaskan nasib anak gadis
                 mereka, sebab apa yang terjadi pada Rengganis Si Cantik membuktikan
                 sekolah sama sekali tak aman. Di sisi lain ia harus menghadapi preman
                 satu ini: tak seorang pun berani me nen tangnya, sebab ia berani mela-
                 wan siapa pun, bahkan polisi maupun tentara. Ia melap keringat dingin
                 yang bercucuran di dahi dan le hernya.
                    ”Baiklah sahabatku yang baik, selama ia belum menyelesaikan
                 sekolah ia tetap anak sekolah di sini,” katanya. ”Tapi tolonglah aku,
                 kau harus temukan siapa yang melakukan itu pada anakmu sebab aku
                 harus membuat tenang orang-orang tua anak-anak gadis itu, dan satu
                 lagi, tolong beri ia pakaian yang lebih longgar.”
                    Hal itu mengingatkan Maman Gendeng pada si bocah bernama
                 Kinkin. Di sore hari, minggat dari meja permainan kartu truf, ia pergi
                 ke rumah penggali kubur Kamino dan mencari bocah itu. Sebagaimana
                 hari-hari sebelumnya, Kinkin disibukkan oleh kebiasaan anehnya
                 menghabiskan peluru untuk menembaki poster-poster anjing. Sejenak
                 Maman Gendeng mengawasinya dan memuji kemampuan menem-
                 baknya, meskipun ia bertanya-tanya mengapa ia berbuat be gitu jahat
                 menembaki gambar-gambar di karton yang tak berdosa itu. Tadinya ia
                 berpikir bocah itu tak menyadari keberadaannya, tapi setelah beberapa
                 kali ia menembak dan gambar anjing itu terlempar jatuh ke tanah, ia
                 menoleh dan menghampiri sang preman tanpa rasa terkejut sama sekali.
                    ”Kau lihat sendiri apa yang kulakukan, bukan?” tanya si bocah
                 penuh kebanggaan. Sang preman sama sekali tak mengerti dan ha nya

                                             391





        Cantik.indd   391                                                  1/19/12   2:33 PM
   393   394   395   396   397   398   399   400   401   402   403