Page 404 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 404

Bentuk kehamilannya telah mulai tampak dengan sangat jelas, dan
                 sebagaimana perempuan hamil di mana pun, kecantikannya terlihat
                 semakin cemerlang. Rambut hitamnya seperti datang dari ke gelapan
                 antah-berantah, lurus jatuh melewati pinggulnya, telah bertahun-tahun
                 tak dipotong. Ia memiliki kulit sewarna permukaan roti, bahkan sejak ia
                 dilahirkan orang telah mengetahuinya bahwa ia gadis paling cantik di
                 kota itu. Kedua orang tuanya sangat bangga dengan anugerah semacam
                 itu, meskipun dibuat khawatir oleh harga yang harus dibayar: keluguan-
                 nya. Mereka membantunya untuk selalu tampak cantik, bersusah-payah
                 mengelabang rambutnya setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Bahkan
                 ketika rayon militer setempat mengadakan pemilihan Putri Pantai Ta-
                 hun Ini, ayahnya membawa Si Cantik untuk mengikuti acara tersebut.
                 Sangatlah jelas bahwa ia tak bisa menari dengan baik, menyanyi dengan
                 suara yang memilukan hati, tapi kecantikannya telah memabukkan
                 semua anggota juri sehingga ia terpilih sebagai Putri Pantai.
                    ”Apakah kau tahu anjing yang mana?” tanya Ai.
                    Dengan  penuh  penyesalan,  Rengganis  Si  Cantik  menggeleng.
                 ”Semua anjing tampak sama untukku,” katanya. ”Mungkin ia akan
                 datang jika anaknya sudah lahir.”
                    ”Bagaimana ia tahu anaknya lahir?”
                    ”Anakku akan menggonggong dan ia akan mendengarnya.”
                    Tak seorang pun tahu dari mana ia memperoleh fantasi yang begitu
                 ajaib, tapi ia terlihat begitu senang membayangkannya, mem buat yang
                 lain hanya terdiam menyetujui apa pun yang ia katakan. Wajahnya
                 tam pak mulai cerah dengan semburat merah muda di pipinya. Tanpa
                 tertahankan, ibunya mendekap gadis itu sambil mengelus rambut pan-
                 jangnya, dan wajahnya tampak menahan emosi yang sulit ditebak.
                    ”Kau tahu, Mama hamil kau saat seumur denganmu,” kata Maya
                 Dewi.
                    Ketika malam datang, ia menceritakan apa yang terjadi sepanjang
                 siang itu pada suaminya, sambil menunjukkan sedikit sisa-sisa ke ributan
                 yang diciptakannya. Maman Gendeng duduk di ujung tangga dengan
                 wajah menyedihkan.
                    ”Semua orang tahu Kinkin tak di toilet pada hari itu,” katanya. ”Dan
                 Rengganis tak mau kawin dengannya.”

                                             397





        Cantik.indd   397                                                  1/19/12   2:33 PM
   399   400   401   402   403   404   405   406   407   408   409