Page 428 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 428

seekor anjing di kejauhan, Krisan akan menggonggong. ”Guk, guk,
                 guk!” teriaknya. Atau kadangkala ia jadi anjing kecil yang kesakitan,
                 ”Kaing, kaing,” dan lain kali jadi ajak yang tengah melolong di malam
                 hari, ”Auuuunnnggg …”
                    ”Paling tidak suaramu telah mirip anjing,” komentar Rengganis Si
                 Cantik. ”Suara ajak itu membuat bulu romaku berdiri.”
                    ”Tapi tak bikin anjing betina jatuh cinta,” kata Ai.
                    Itu seperti meledek sikap kekanak-kanakannya, tapi Krisan tak
                 peduli dan terus memerankan peran anjing itu dengan baik, ada atau
                 tidak ada kedua gadis tersebut. Ia akan pipis mengangkang di kamar
                 mandi, sebagaimana ia mulai sering menjulurkan lidahnya.
                    ”Bahkan meskipun kau jalan merangkak tubuhmu tak akan jadi
                 tubuh anjing,” kata Ai yang menganggap Krisan begitu konyolnya,
                 ”kecuali mungkin otakmu.”
                    Mungkin benar: otaknyalah yang telah jadi otak anjing. Ketika Ai
                 mati, ia menggali kuburannya dengan cara sebagaimana anjing akan
                 menggali harta karun tulang yang disembunyikannya. Ia mengeruki
                 tanah kuburan itu dengan tangannya, jika haus ia pergi ke parit dan
                 minum langsung dengan mulutnya. Ia telah jadi anjing sesungguhnya,
                 tapi cuma di otak, tapi ia tak peduli. Ketika ia menggali kuburan si gadis
                 dengan cara seperti itu, Krisan bahkan percaya Ai, tentu saja rohnya,
                 pasti menyukai apa yang ia lakukan. Sebab Ai sangat suka anjing, dan
                 ia telah jadi anjing. Paling tidak ia bisa menggonggong, menjulurkan
                 lidah, dan menggali kuburan dengan tangan.
                    Dan sebelum itu, ia memerankan anjing pula ketika memerkosa
                 Rengganis Si Cantik di toilet sekolah.
                    Peristiwa ketika ia duduk di sofa dan melihat Rengganis Si Can tik
                 menuruni tangga hanya mengenakan celana dalam dan kutang adalah
                 momen pertama yang membuat ia berpikir ingin me nye tu buhinya. Ia
                 mulai berahi pada Rengganis Si Cantik, dan melupakan masalah-masa-
                 lah yang ditimbulkan oleh sikap kekanak-kanakannya. Ia akan diam
                 saja jika Rengganis Si Cantik tiba-tiba memeluknya dari belakang dan
                 menutup matanya. Ia tahu bahwa itu Rengganis Si Cantik, sebab orang
                 lain tak akan me lakukannya serekat itu. Ia merasakan dengan pasti
                 tekanan buah dada di punggungnya, dan ber tahan begitu lama seolah

                                             421





        Cantik.indd   421                                                  1/19/12   2:33 PM
   423   424   425   426   427   428   429   430   431   432   433