Page 430 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 430
Krisan melepaskan pelukannya dan hanya tertinggal Rengganis Si
Cantik yang masih melingkarkan tangannya di bahu anak itu ketika Ai
muncul dengan sekeranjang kecil jambu air, dengan pisau, dan cobek
ber isi sambal lutis. Mereka akan pesta kebun, memanaskan lidah dengan
cabai, dan Krisan bahkan hangat sampai ke hatinya membayangkan
kesempatan persetubuhan itu akan datang.
Kesempatan itu datang di hari ketika Rengganis Si Cantik meme-
nangkan taruhan minum limun tanpa sepengetahuan Ai. Krisan tengah
mengisap rokok di ujung toilet ketika ia melihat gadis itu. Ketika Reng-
ganis Si Cantik masuk ke toilet ujung yang telah jadi sarang dedemit, ti-
ba-tiba Krisan tahu itulah kesempatannya. Ia segera pergi meninggalkan
teman-temannya, dan di salah satu pojok sekolah yang sepi ia melompati
benteng setinggi dua meter ke arah per kebunan cokelat. Ia tahu toilet itu
atapnya berlubang, maka se belum Rengganis pergi mening galkannya, ia
segera mengendap mendekati toilet tersebut, menaiki benteng kembali
melalui dahan po hon cokelat, dan melongok melalui atap yang bolong,
memergoki Rengganis Si Cantik tengah berjongkok ngompol.
”Hey,” panggilnya pelan.
Rengganis Si Cantik mendongak dan terkejut bahwa Krisan ada di
atasnya. ”Sedang apa kau?” ia bertanya. ”Hati-hati kau bisa jatuh dan
mati.”
”Aku sedang menunggumu.”
”Menungguku naik?”
”Tidak. Bukankah kita akan bersetubuh?”
”Apakah kau tak bisa turun?” tanya Rengganis Si Cantik lagi.
”Tentu saja aku akan turun.”
Dengan berpegangan pada palang kayu yang nyaris rapuh Krisan
bergelantungan dan turun masuk ke dalam toilet. Kini mereka terku-
rung di dalam dengan Rengganis Si Cantik masih dengan celana dalam
melorot sampai lutut. Toilet itu sangat bau, dan jelas sangat tidak me-
nyenangkan karena kotornya. Tapi Krisan tak peduli, ia dalam pun cak
berahi.
”Ayo kita bersetubuh,” bisiknya.
”Aku tak tahu bagaimana caranya,” Rengganis Si Cantik balas
berbisik.
423
Cantik.indd 423 1/19/12 2:33 PM