Page 434 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 434

semacam itu, ia harus membuang dua porsi makan yang tak tersentuh
                 oleh siapa pun. Ia melakukan hal itu juga di waktu makan malam,
                 begitu selama tiga hari.
                    Sebelumnya, ketika Maman Gendeng masih hidup, mereka berdua
                 memerankan kebohongan itu, mendustai diri sendiri bahwa Rengganis
                 Si Cantik masih hidup. Itu sebelum Maman Gendeng pergi. Mereka
                 berdua akan bertemu di meja makan, menyediakan porsi makan se ba-
                 gaimana biasa untuk Rengganis Si Cantik, dan membuangnya ketika
                 acara makan mereka usai. Kini Maya Dewi harus melakukannya sendiri-
                 an.
                    Sendirian saja.
                    Tapi di hari ketiga kematian Maman Gendeng ia tidak sendirian. Ia
                 makan malam berdua. Seperti dua malam sebelumnya dan seperti tiga
                 kali ia menyiapkan sarapan pagi, ia telah duduk di meja makan dengan
                 dua porsi lain untuk suami dan anak perempuannya. Ia masih mengena-
                 kan pakaian-pakaian gelap itu, dan masih percaya mereka duduk di
                 kursinya masing-masing, makan seperti dirinya. Ia belum juga menyuap
                 nasinya sendiri ketika pintu kamarnya terbuka dan laki-laki itu muncul,
                 langsung duduk di kursinya sebagaimana biasa. Maya Dewi menyuap
                 nasinya dan laki-laki itu mulai mengaduk kuah. Keduanya makan se-
                 lahap hari-hari yang lalu, tanpa bicara satu sama lain. Hanya satu porsi
                 tak tersentuh sebagaimana satu kursi tak terduduki. Tapi Maya Dewi
                 tetap percaya Rengganis Si Cantik ada di tempatnya, sebagaimana ia
                 melihat Maman Gendeng duduk di kursi dan memakan porsi makan-
                 nya. Ia baru menyadari kehadiran lelaki itu secara sesungguhnya ketika
                 makan malam telah berakhir. Ia menemukan piring suaminya kosong
                 dan piring Rengganis Si Cantik masih penuh oleh nasi yang disediakan-
                 nya. Itu tidak seperti biasa dan ia memandang Maman Gendeng tak
                 percaya. Lama mereka saling memandang sebelum perempuan itu ber-
                 tanya dengan suara berbisik nyaris tak terdengar.
                    ”Kaukah itu?”
                    ”Aku datang untuk pamit.”
                    Maya Dewi menghampiri suaminya, menyentuhnya dengan sangat
                 hati-hati, seolah sosok itu patung lilin yang mudah meleleh. Jari-jarinya
                 merayap, menyentuh dahi lelaki itu, kemudian turun ke hi dungnya,

                                             427





        Cantik.indd   427                                                  1/19/12   2:33 PM
   429   430   431   432   433   434   435   436   437   438   439