Page 437 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 437
Itu masa-masa ketika Maman Gendeng masih sering menitipkan
uangnya dalam pundi-pundi yang disimpan seorang perempuan buruk
rupa bernama Moyang. Ia, perempuan itu, merupakan orang yang sa-
ngat ia percaya selain istrinya sendiri. Ia menyimpan uang-uangnya
un tuk membeli sesuatu, ia belum tahu, suatu waktu, untuk mengejut-
kan istrinya (belakangan uang itu tak dibelikan apa pun dan dijadikan
modal istrinya membuka usaha bikin kue-kue). Moyang tiap hari selalu
ada di terminal bis, sebagaimana dirinya. Ia menjual minum dan rokok
di siang hari, dan jika malam ia disetubuhi beberapa lelaki yang tak
peduli pada wajah buruknya (sebab apa bedanya wajah cantik dan buruk
rupa di balik semak yang gelap?) dan tak berniat mengeluarkan uang
di tempat pelacuran. Sebab Moyang tak pernah minta uang untuk per-
setubuhan. Maman Gendeng belum pernah menyetubuhinya, dan tak
berniat melakukannya, tapi ia memercayakan pundi-pundi uangnya di
tangan perempuan itu. Di kolong tempat tidur di gubuk tempat tinggal-
nya. Semua teman-teman Maman Gendeng tahu belaka soal itu, tapi
tak seorang pun berani mencurinya, bahkan tidak untuk melihatnya.
Adalah hal biasa terjadi perkelahian di terminal bis, sebab anak-
anak sekolah sering mempergunakan tempat itu untuk perkelahian-
per kelahian mereka. Tapi tidak jika yang berkelahi adalah Maman
Gendeng. Dan kini semua orang menantikan apa yang akan terjadi,
atau bagaimana akan terjadi, ketika lelaki plontos itu menghampiri sang
preman dan semua orang tahu ia akan menantangnya. Tak se orang pun
yakin lelaki asing itu bisa memperoleh apa yang ia inginkan. Setelah
beberapa tahun, orang-orang di terminal bis telah dibuat yakin tak
seorang pun bisa mengalahkan Maman Gendeng, kecuali mungkin jika
ia dikeroyok semua tentara yang dimiliki pemerintah republik, dan itu
pun masih banyak yang menyangsikan jika desas-desus bahwa ia kebal
senjata adalah benar. Meskipun be gitu, perkelahiannya selalu menjadi
satu hal yang ditunggu orang.
Pagi-pagi sekali, sebelum berangkat sekolah dan ketika ia me le-
tak kan pakaian ganti suaminya di atas tempat tidur, Maya Dewi telah
berpesan agar ia pulang tidak dalam keadaan pakaian penuh kotoran.
Masalahnya, sebelum itu meskipun ia mengenakan pakaian bersih dan
bahkan tersetrika dengan rapi yang semuanya disediakan Maya Dewi,
430
Cantik.indd 430 1/19/12 2:33 PM