Page 448 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 448

Pantai Tahun Ini yang diselenggarakan rayon militernya Sang Shodan-
                 cho, dan memenangkan mahkotanya dengan sangat membangga kan.
                    Tapi kini ia kehilangan gadis itu dengan cara yang paling pahit un-
                 tuk diterima: seseorang membunuhnya, membuang mayatnya ke laut,
                 dan ia tak tahu siapa. Ia menyesal tidak melakukan sesuatu sejak gadis
                 itu berkata bahwa ia diperkosa anjing di toilet sekolah. Ia seharusnya
                 melakukan sesuatu. Paling tidak datang ke sekolah itu, melihat toilet itu,
                 tapi kenyataannya ia tak melakukan apa pun. Ia seharusnya mena nyai
                 semua anak lelaki di sekolah, karena Rengganis Si Cantik bisa salah
                 menyebut anak-anak itu sebagai anjing. Atau kenapa ia tidak sejak awal
                 mencari anjing tersebut, jika memang anjing yang memerkosa anaknya,
                 dan jika tidak ia temukan, kenapa tidak ia bantai semua anjing yang
                 hidup di kota ini sebagaimana telah dilakukan si bocah Kinkin dengan
                 cara yang sangat amatiran.
                    ”Mijn hond is weggelopen,” katanya tak jelas apa maksud.
                    Selepas membakar kantor polisi, dan ia menemukan anjing per-
                 tama, anjing kampung, tengah mengais-ngais sampah, ia menangkap
                 dan membunuhnya. Semua orang terkejut dengan cara bagaimana dia
                 melakukannya. Ia memelintir leher anjing itu hingga putus dan tergele-
                 tak mati dengan tubuh dan kepala terpisah.
                    ”Apa gunanya aku memiliki kekuatan jika aku bahkan tak bisa me-
                 lindungi anak gadisku dari seekor anjing,” katanya. ”Mari kita bunuh
                 semua anjing di kota ini.”
                    Para begundal anak buahnya mulai menyebar dalam gerombolan-
                 ge rombolan besar, membawa senjata-senjata pembunuh yang me nge-
                 rikan. Beberapa di antara mereka menenteng senapan angin, yang lain
                 mengayun-ayunkan golok dan pedang telanjang.
                    ”Kulakukan bahkan meskipun tak membuat jiwaku tenang,” Maman
                 Gendeng mendesah.
                    ”Apakah kau tak bisa membuat seorang anak lagi?” Itu pertanyaan
                 konyol Romeo.
                    Maman Gendeng sama sekali tak dibuat terhibur. ”Bahkan mes kipun
                 aku punya sepuluh anak yang lain, seseorang telah membunuh yang satu
                 dan aku tak mungkin diam karena itu.” Matanya menatap lorong-lorong
                 jalan berharap menemukan anjing lain, dan me nam bahkan dengan
                 sedih, ”Ia baru berumur tujuh belas tahun.”

                                             441





        Cantik.indd   441                                                  1/19/12   2:33 PM
   443   444   445   446   447   448   449   450   451   452   453