Page 446 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 446

”Lakukanlah,” kata Maman Gendeng, ”jika kau bisa akan ku berikan
                 kesempatan membunuhnya kepadamu.”
                    Malam hari mereka berdua bertemu di kuburan Rengganis Si Cantik
                 dan memanggil arwahnya. Kinkinlah yang melakukan, se men tara Ma-
                 man Gendeng hanya menunggu. Permainan jailangkung dimulai, tapi
                 arwah Rengganis Si Cantik tak pernah juga muncul. Kinkin mencoba
                 memanggil arwah lain, mencoba bertanya siapa yang membunuh gadis
                 itu, namun tak satu pun dari mereka me nge tahui jawabannya, sebagai-
                 mana sebelumnya mereka tak tahu di mana Rengganis Si Cantik ber-
                 ada.
                    ”Kita tak bisa melakukannya,” kata Kinkin putus asa sambil meng-
                 akhiri permainan jailangkung tersebut. ”Roh jahat yang sangat kuat
                 sekali menghalangi segala usahaku sejak awal.”
                    ”Jika diperlukan aku akan moksa untuk melawannya,” kata Maman
                 Gendeng, ”tapi aku masih ingin tahu siapa yang mem bu nuh nya.”
                    Itulah waktu ketika ia dan istrinya mulai membohongi diri me reka
                 sendiri dengan menganggap Rengganis Si Cantik masih hidup. Mereka
                 menyediakan kursi untuknya di waktu sarapan pagi dan makan malam,
                 dan menghidangkan porsi makan untuknya, meskipun setelah itu Maya
                 Dewi harus membuangnya. Sementara itu polisi membongkar kembali
                 kuburan Rengganis Si Cantik untuk melakukan pemeriksaan sebelum
                 menguburnya lagi. Maman Gendeng tak keberatan soal itu, dan men-
                 coba percaya bahwa polisi-polisi itu akan menemukan siapa pembunuh-
                 nya. Entah apa yang mereka la kukan, tapi selama seminggu, kemudian
                 sebulan, tak ada kejelasan apa pun, tak menemukan titik terang apa
                 pun. Hanya ada wawancara-wawancara dengan banyak orang, semua
                 orang dipanggil ke kantor polisi dan ditanyai, Maman Gendeng dan
                 Maya Dewi datang sebanyak lima kali, dan orang lain sejumlah yang
                 sama, tapi semuanya se makin menjauhkan orang dari ditemukannya
                 pembunuh Rengganis Si Cantik. Segalanya tampak mulai melelahkan,
                 dan Maman Gendeng mulai tak lagi percaya pada polisi-polisi itu. Ia
                 menghardik polisi terakhir yang datang ke rumahnya untuk melakukan
                 pemeriksaan.
                    ”Kalian tak akan mungkin menemukan pembunuhnya di rumah ini,”
                 katanya jengkel, ”kalian telah bodoh sejak dalam pikiran.”

                                             439





        Cantik.indd   439                                                  1/19/12   2:33 PM
   441   442   443   444   445   446   447   448   449   450   451