Page 451 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 451

komando pusat untuk penguasa militer kota itu. Penguasa militer kota
              menunjuk Sang Shodancho untuk melakukan tugas tersebut: bereskan
              para begundal, bantai mereka jika tak bisa dibereskan.
                 ”Aku telah yakin sejak lama begundal-begundal itu harus dihabisi
              sebagaimana orang-orang komunis,” kata Sang Shodancho kepada istri-
              nya setelah pulang dari pencarian sia-sia mayat anaknya.
                 ”Setelah membuang Kamerad Kliwon kau akan membunuh Maman
              Gendeng?” tanya istrinya (ia tak pernah menceritakan per se ling kuh-
              annya dengan Kamerad itu sehari sebelum ia ditemukan mati bunuh
              diri). ”Apakah kau akan menjadikan adik-adikku semua janda?”
                 Sang Shodancho memandang istrinya, terkejut.
                 ”Jika ia tak dibunuh, ia akan membunuh semua orang di kota ini,
              apalagi yang harus aku lakukan?” tanya Sang Shodancho. ”Lagipula
              pikirkan hal ini: ia tak menjaga anaknya dengan baik sehingga gadis
              itu bunting, dan ia memaksa gadis bunting itu untuk kawin dengan
              bocah yang tak diinginkan si gadis, maka si gadis melarikan diri pa da
              malam ia melahirkan bayi itu. Karena si gadis melarikan diri, anak kita
              yang telah lama bersahabat dengannya jatuh sakit, dan karena ia jatuh
              sakit kemudian ia mati. Bahkan setelah mati seseorang mencurinya dari
              kuburan. Tak bisakah kau menyimpulkan pemimpin para begundal itu
              adalah pembunuh anak kita, Nurul Aini yang ketiga itu?”
                 ”Sekalian saja kau salahkan Hawa yang merayu Adam memakan
              buah apel itu dan membuat kita harus hidup di bumi yang terlaknat
              ini,” kata istrinya jengkel.
                 Kenyataannya Sang Shodancho tak memedulikan istrinya. Selain
              urusan para begundal itu adalah perintah dari komando pusat militer,
              dengan logikanya sendiri ia memiliki dendam atas kematian Nurul
              Aini, dan terutama ia masih terluka oleh dendam lama ter hadap Ma-
              man Gendeng ketika suatu hari datang ke kantornya di rayon militer
              dan mengancamnya, tak lama setelah ia meniduri Dewi Ayu. Tak
              seorang pun pernah mengancamnya di depan mata, tidak Jepang dan
              tidak Belanda, tapi begundal satu itu telah melakukannya. Ia tak peduli
              pada kenyataan bahwa lelaki itu kebal terhadap senjata, bahkan ia
              telah membuktikannya. Ia percaya ada satu atau dua cara untuk mem-
              bunuhnya, dan ia akan mempergunakan cara apa pun untuk menghabisi

                                           444





        Cantik.indd   444                                                  1/19/12   2:33 PM
   446   447   448   449   450   451   452   453   454   455   456