Page 455 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 455

Hingga beberapa orang memberitahunya bahwa mereka melihatnya
              melarikan diri ke hutan tanjung bersama Romeo di hari ketujuh pem-
              bantaian. Tapi tentara-tentara itu juga telah mendengarnya. Maka ia
              berburu dengan waktu, berharap tentara-tentara itu belum berhasil
              me nembaknya. Ia masuk ke hutan itu sendirian, hanya beralaskan
              san dal jepit, dan dilindungi kerudung merah yang di ke na kan sehari
              sebelumnya, tersaruk-saruk menapaki jalan setapak yang dipenuhi
              belukar. Hutan tersebut telah jadi hutan lindung sejak masa kolonial,
              tak hanya dihuni monyet dan rusa jinak, namun juga dihuni banteng
              liar dan bahkan macan pohon, tapi Maya Dewi tak menakutkan apa
              pun dan yang ia inginkan adalah bertemu suami nya, hidup atau mati.
                 Ia berpapasan dengan rombongan prajurit berjumlah empat orang,
              dan ia menghentikan mereka.
                 ”Apakah kalian telah membunuh suamiku?” tanyanya kembali.
                 ”Kali ini sudah, Nyonya,” kata pemimpin di antara mereka, ”dan
              kami ikut berduka cita.”
                 ”Di mana kalian tinggalkan mayatnya?”
                 ”Jalan lurus sejauh seratus meter, dan di sanalah mayat itu, telah
              di kerubungi lalat. Tadinya akan kami salibkan di pohon mangga, tapi
              lalat dengan cepat menyerbunya.”
                 ”Ia di dalam karung?”
                 ”Di dalam karung,” jawab si prajurit, ”meringkuk seperti bayi.”
                 ”Sampai berjumpa.”
                 ”Sampai berjumpa.”
                 Maya Dewi melanjutkan perjalanan lurus sejauh seratus meter, se-
              bagai mana dikatakan prajurit tadi, dan di sana ia memang menemukan
              karung, telah dipenuhi lalat. Bahkan burung gagak pemakan bangkai
              telah mematuki karungnya, dan dua ekor ajak baru saja mencincang-
              nya. Maya Dewi mengusir mereka semua, mem buka tali karung, dan
              memastikan bahwa yang ”meringkuk seperti bayi” di dalamnya memang
              lelaki itu, suaminya, meskipun wajahnya nyaris tak lagi bisa dikenali,
              tapi itu memang suaminya. Ia tak menangis waktu itu, bagaimanapun.
              Dengan ketenangannya yang mengagumkan, ia mengikat kembali ka-
              rung tersebut dengan tali plastiknya. Dan disebabkan ia tak mungkin
              kuat membopongnya, maka ia menyeret karung tersebut sepanjang

                                           448





        Cantik.indd   448                                                  1/19/12   2:33 PM
   450   451   452   453   454   455   456   457   458   459   460