Page 454 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 454

Tapi ia cenderung tak memercayai mereka. Sang Shodancho per nah
                 membuang Kamerad Kliwon ke Pulau Buru, maka ia bisa membunuh
                 Maman Gendeng suaminya. Ia hanya berharap suaminya sungguh-sung-
                 guh kebal senjata, tapi demi melihat banyak mayat di jalanan, ia tak
                 tahan untuk mencari siapa tahu di antara mereka adalah mayatnya.
                    Maka perempuan cantik itu, dengan kerudung merah pe lin dung nya
                 dari cahaya matahari, mulai berjalan dari satu mayat ke mayat lain. Ia
                 membuka tali yang mengikat karung itu satu per satu, tak peduli bau
                 busuknya begitu menyengat hidung, dan tak peduli bahwa ia berebutan
                 dengan lalat yang mencoba masuk, dan memeriksa mayat di dalamnya,
                 mencocokkan wajahnya dengan kenangan wajah suami di otaknya.
                 Mayat itu bukan mayat Maman Gendeng, tapi se makin banyak mayat
                 yang ia temukan dan sebagian besar ia kenali sungguh-sungguh para
                 sahabat suaminya, ia sampai pada satu keyakinan bahwa suaminya
                 telah sungguh-sungguh mati pula. Mung kin ilmu kebal senjata itu
                 hanya omong kosong, dan seorang prajurit telah berhasil menembaknya
                 mati. Ia harus menemukannya, dan jika memang sudah mati, ia harus
                 menguburkannya secara terhormat.
                    Untuk mayat-mayat yang telah dikubur orang karena tak tahan de-
                 ngan baunya, ia menemui para pengubur mayat tersebut dan ber tanya,
                 apakah yang mereka kuburkan adalah suaminya? ”Aku tak melihatnya,”
                 kata mereka, ”tapi dari baunya kupikir bukan.” Kalian pikir seperti apa
                 bau suamiku? Perempuan itu akan bertanya lagi. ”Ia pasti lebih bau
                 dari semua begundal ini, sebab ia begundal dari para begundal.” Maya
                 Dewi sama sekali tak sakit hati dengan kata-kata itu, menyadari semua
                 kebenarannya, dan meneruskan pen ca riannya. Beberapa mayat harus ia
                 kejar karena mengapung di sungai dan dibawa air, namun setelah lelah
                 mengejar dan menangkapnya, ter buktilah bahwa itu bukan suaminya.
                 Ia juga memeriksa mayat-mayat yang bertebaran di sepanjang pantai,
                 membuat waktu itu Halimunda dibuat sepi dari para pelancong. Na-
                 mun seharian itu semua pekerjaannya sia-sia, dan ia kembali ke rumah
                 ketika malam datang, berharap bahwa tak ada pembantaian malam
                 itu, dan berharap tiba-tiba suaminya pulang. Harapannya tak terkabul,
                 dan ketika pagi datang ia memulai pencariannya kembali, memeriksa
                 karung-karung yang belum ia periksa.

                                             447





        Cantik.indd   447                                                  1/19/12   2:33 PM
   449   450   451   452   453   454   455   456   457   458   459