Page 476 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 476

keras. Sebelum menyadari apa pun, wajah itu telah mendekat, dan ia
                 merasakan bibirnya disentuh bibir Sang Pangeran, merasakan Sang
                 Pangeran melumat bibirnya, membuatnya begitu basah. Ia mencoba
                 balas mencium, dan mulai merasakan tak hanya bibir, namun lidah yang
                 bermain-main kasar. Lalu mereka berciuman lama, nyaris setengah jam,
                 sampai waktunya Sang Pangeran pamit untuk pulang.
                    ”Kutunggu kau akhir pekan depan,” kali ini Si Cantik yang berkata,
                 dan Sang Pangeran mengangguk dengan senyumnya yang memesona.
                    Ciuman itu begitu mengesankan Si Cantik, dan ia berharap akhir
                 pekan datang secepat lalat datang dan pergi. Ia masih merasakan ke-
                 hangatannya sampai keesokan hari, dan tetap merasakannya keesokan
                 harinya lagi. Ia mengenang tahap demi tahap bagaimana mereka
                 akhirnya sampai pada momen berciuman, dan itu meng ge tar kan hati-
                 nya. Setiap kali ia mengenangnya.
                    Begitulah, pada pertemuan berikutnya, ciuman adalah kata-kata per-
                 tama mereka. Mereka melakukannya bahkan sejak di ambang jendela,
                 dengan Si Cantik berdiri di dalam kamar dan Sang Pangeran masih
                 berdiri di luar kamar. Tapi akhirnya Sang Pangeran menaiki jendela
                 dan masuk ke kamar, Si Cantik menutup daun jendela, na mun mereka
                 tak pernah melepaskan bibir mereka satu sama lain. Ciuman itu terus
                 ber lanjut di dalam kamar, dengan Si Cantik bersandar ke dinding dan
                 Sang Pangeran menekan tubuhnya, begitu liar dan penuh nafsu.
                    Perlahan namun pasti tangan-tangan nakal Sang Pangeran mulai
                 menerobos gaun Si Cantik, dan itu membuat udara kamar tiba-tiba
                 menjadi demikian panas. Mereka menanggalkan pakaian satu demi satu,
                 luruh ke lantai, hingga telanjang dan Sang Pangeran mendekap tubuh
                 Si Cantik dan membopongnya ke atas tempat tidur.
                    ”Aku akan mengajarimu bercinta,” kata Sang Pangeran.
                    ”Maka ajari aku bercinta,” kata Si Cantik.
                    Maka mereka mulai bercinta. Si Cantik masih perawan maka ia
                 me rintih antara rasa sakit dan riang, menciptakan keributan membuat
                 Rosinah di luar kamar kebingungan atas gangguan suara tersebut. Ia
                 membuka pintu (yang lupa dikunci) dan hanya melihat tubuh telanjang
                 Si Cantik yang tengah menggelinjang di atas tempat tidur. Ia hanya
                 meng geleng dalam sikap sedihnya yang khidmat, menutup pintu perla-

                                             469





        Cantik.indd   469                                                  1/19/12   2:33 PM
   471   472   473   474   475   476   477   478   479   480   481