Page 479 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 479

dan tanah pertama mulai menguburnya. Ketiga pe rempuan kakak ber-
              adik itu dibuat terkejut, tak hanya oleh kehadiran mereka, tapi oleh
              wajah buruk rupa salah satu di antara mereka, yang mereka pikir itu
              hantu kuburan. Namun segera mereka ingat, tentang desas-desus anak
              Dewi Ayu yang keempat, yang tak pernah mereka temui, yang buruk
              rupa menyerupai monster. Perempuan itu, si buruk rupa, bahkan tampak
              sangat bersedih atas kematian Krisan. Ia menangis dan memandang tak
              rela pada tubuh terbalut kain kafan yang mulai menghilang di balik
              tanah. Ia bahkan tampak lebih berduka dari Adinda sendiri.
                 Adalah Alamanda yang memberanikan diri bertanya kepadanya,
              ”Apakah kau Si Cantik?”
                 Si Cantik mengangguk. ”Dan aku tahu kalian adalah Alamanda,
              Adinda, dan Maya Dewi.”
                 ”Kita semua anak Dewi Ayu,” kata Alamanda. Ia memeluk Si Cantik
              tanpa peduli dengan wajah monsternya.
                 ”Aku ikut berduka atas kematian satu yang tersisa dari yang kalian
              miliki,” kata Si Cantik lagi.
                 Ketika upacara pemakaman itu selesai, mereka semua pergi ke
              rumah Dewi Ayu, yang ditinggali Si Cantik bersama Rosinah. Ha nya
              Adinda yang pernah tinggal di sana, yang lainnya hanya per nah me-
              lihat sejenak pada perkawinan Adinda dan Kamerad Kliwon. Mereka
              berkeliling rumah, melihat foto-foto mereka di masa kecil, melihat foto
              Dewi Ayu dan menangis mengenang masa-masa lalu yang begitu sulit.
              Dan kini mereka adalah segerombolan yatim piatu yang kesepian dan
              menyedihkan. Apa yang mereka miliki sekarang adalah diri mereka
              sendiri, dan usaha untuk saling memiliki satu sama lain.
                 ”Mama datang belum lama, dan pergi lagi sebelum Krisan mati,”
              kata Si Cantik.
                 ”Begitulah orang-orang mati,” kata Maya Dewi. ”Suamiku datang
              lagi di hari ketiga setelah kematiannya.”
                 Setelah itu, mereka masih tinggal di rumah mereka masing-masing,
              melanjutkan kehidupan mereka yang sunyi. Untuk meng  hibur diri,
              mereka selalu berkunjung satu sama lain. Bah kan Si Cantik, sejak
              penampilan pertamanya di pemakaman, mu lai berani keluar rumah dan
              mengunjungi rumah kakak-kakaknya. Ia tak pe duli lagi pada pandangan

                                           472





        Cantik.indd   472                                                  1/19/12   2:33 PM
   474   475   476   477   478   479   480   481   482   483   484